Inilah mungkin kebodohan saya yang masih ada sikap ngarep pada gebetan saya, yang masih saya cintai, padahal saya menyadari rasa ngarep ini terus terang telah mengahancurkan sendi-sendi pikiran dan produktifitas saya sebagai manusia, yang waktu dan pikiran saya terfokus padanya menggangu aktivitas saya sehari-hari.
Seperti dikutip kompas.com Menurut salah satu instruktur solusi romansa pria Jet Veetlev, ngarep adalah dosa paling besar yang pernah dilakukan pria. Mengapa? "Karena ketika kita sedang ngarep, kita itu sedang merasa tidak mampu atau tidak layak. Posisi kita ada di bawah.
Ketika pria sedang ngarep, Jet menuturkan pria menunjukkan bahwa dirinya tak memiliki kekuatan apa-apa dan seperti tidak laku. Pada saat kondisi ngarep itu, pria biasanya melakukan hal-hal yang merugikan dirinya, menjadi lebih melankolis bahkan dapat menangis tersedu-sedu. Akibat ekstremnya, wanita malah menganggap si pria tak berkualitas.
Sementara itu, menurut instruktur lainnya, Lex dePraxis, ngarep lebih disebabkan akibat pria mengalami worship of woman. Wanita menjadi sesuatu yang amat dipuja. Lex mengatakan hal ini adalah kesalahan pria. "Karena kita kekurangan stok teman perempuan yang ideal. Jadi ketika melihat seorang wanita yang bagaimana, langsung deh. Makanya tambah sebanyak-banyaknya sahabat atau teman wanita dalam kehidupan kita," ujar Lex.
Untuk alasan tersebut dimana saya memang kekurangan stok wanita, karena kesalahan pergaulan yang kurang luas, mungkin itu sebab paling rasional mengapa saya masih ngarep dengan gebetan saya yang jelas menolak saya.
Memang benar rasa ngarep dan cinta sendiri sebenarnya diri kitalah yang memproduksinya sendiri, dan sebenarnya kita sendiri yang mendramatisir itu, namun lagi-lagi ini adalah pengetahuan bagi saya bawasannya bermain cinta memang berbahaya.
Tidak lain adalah membuat kecewa, dimana kekecewaan tersebut bukanlah lahir dari orang yang kita cintai ataupun orang lain, melainkan perasaan bio kimia kita yang justru menimbulkan kekecewaan yang dihasilkan sebenarnya dari diri dan untuk diri kita sendiri.
Dengan berbagai penjelasan tentang ngarep itu pada cinta seseorang, inilah yang perlu saya sadari bawasannya kekecewaan saya terhadap cinta itu sendiri sebenarnya diakibatkan oleh diri saya.
Tentu tidak lain yang sedang terjangkit virus ngarep cinta, dan pekerjaan bagi diri saya sendiri adalah menghilangkan virus ngarep tersebut menenangkan diri, yang beban itu sebenarnya berasal dari dalam diri saya sendiri atas masih mengarapnya cinta dari seseorang yang saya cintai.
Â