Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ricuh Pilpres AS, Trump Baiknya Ikuti Prabowo?

7 Januari 2021   09:57 Diperbarui: 7 Januari 2021   11:08 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin dalam demokrasi sendiri karena memang ada faktor keterpilihan di sana dan ada orang-orang yang memilih, di situlah demokrasi tidak dapat disamakan dengan peradaban masyarakat suatu Negara demokratis itu sendiri.

Melihat bagaimana kemajuan dan peradaban masyarakat Amerika Serikat saat ini, tidak dipungkiri bila dibandingkan dengan peradaban masyarakat di Indonesia kasusnya mungkin akan sangat jauh berbeda.

Amerika Serikat sendiri dikenal sebagai Negara maju dan Indonesia masuk dalam kategori Negara berkembang.

Namun dengan kekalahan Donald Trump pada pilpres Amerika Serikat 2020 yang lalu, jelas membuka mata saya bawasannya demokrasi tidak berbanding lurus dengan peradaban masyarakat suatu Negara.

"Adanya anarkisme pendukung Donald Trump yang tidak dapat menerima kekalahan Trump dipilres 2020 lalu membuat demokrasi sama saja seperti di Negara demokratis lainnya yang kurang dapat menerima kekalahan dari kandidatnya".

Seperti diketahui pendukung Donald Trump melakukan demonstrasi saat kongres mengesahkan kemenangan Joe Biden di Piplres AS. Unjuk rasa berlangsung ricuh. Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.

Meski Donal Trump sendiri meminta unjuk rasa dilakukan secara damai. Namun massa Trump hendak menerobos ke ruang sidang. Dengan masa yang tidak terkendali situasi menjadi mencekam dan membuat Kongres memutuskan melakukan reses sidang pengesahan hasil pilpres.

Dalam kejadian unjuk rasa tersebut seorang wanita tewas tertembak saat massa pendukung Presiden Donald Trump menyerbu masuk ke Gedung Kongres di Capitol Hill, Washington D.C, Amerika Serikat pada Rabu petang (6/1) waktu setempat.

Dilansir AFP, Kamis (7/1), massa pendukung Trump itu sampai saat ini masih tertahan di luar ruang sidang. Tentu melihat bagaimana ricuhnya pilpres Amerika 2020 dimana pendukung salah satu kandidat yakni Donal Trump tidak menerima kenyataan kalah.

Kenyatannya berbanding terbalik dengan peradaban masyarakat Amerika Serikat yang dikenal maju. Tidak dipungkiri bawasannya Amerika Serikat sering kali dipandang menjadi Negara dengan lebel pusatnya demokrasi dunia.

Sebab demokrasi di Amerika Serikat sendiri merupakan Negara demokratis paling tua dibandingkan Negara-negara demokratis lainnya.

Maka dari itu memaknai kekalahan Donald Trump sebenarnya sama seperti Negara demokrasi itu. Saya contohkan Negara kita Indonesia yang saling mengklaim satu sama lain kemenangan dan pendukung calon juga tidak menerima kekalahan.

Tentu di Indonesia sendiri, berkaca dari pilpres 2019 lalu, bukankah Prabowo-Sandi juga mengklaim satu pihak kemenangannya atas Jokowi-Ma'aruf?  Dan juga banyak pendukung Prabowo-Sandi berunjuk rasa seperti pendukung masa Donald Trump yang menolak kemenangan Joe Biden?

Selain itu yang unik lagi dari Donald Trump sebagai capres yang kalah pada pilpres 2020 Amerika Serikat. Dirinya marah karena Wakil Presiden, Mike Pence, menolak mengintervensi pengesahan hasil pemilihan presiden 2020 dan kemenangan politikus Partai Demokrat, Joe Biden, oleh Kongres.

Atas kekerasan yang masih terjadi di Amerika Serikat, Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Volkan Bozkir mengecam kekerasan oleh massa pendukung Presiden Donald Trump di Gedung Kongres di Capitol Hill, Washington DC, Amerika Serikat pada Rabu (6/1)

Mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama juga menanggapi rushnya pendukung Donald Trump menilai kerusuhan massa yang terjadi di gedung Kongres Capitol Hill, Washington D.C, Amerika Serikat, dipicu oleh kebohongan Presiden AS Donald Trump tentang hasil pemilihan yang sah.

"Obama juga mengatakan sejarah akan mengingat kekerasan yang terjadi di Capitol hari ini dipicu presiden yang menjabat saat ini yang terus berbohong tentang hasil pemilihan yang sah, sebagai momen yang sangat tidak menghormati dan memalukan bagi bangsa Amerika Serikat dikutip dari CNN, Kamis (7/1)".

Menanggapi kericuhan pendukung Donald Trump sendiri, apa yang diucapkan oleh mantan presiden Barack Obama ada benarnya. Amerika Serikat yang dikenal dengan bangsa beradab dalam demokrasi sendiri justru mempertontonkan pada dunia tentang kekerasan tidak menerima hasil pemilu yang sudah berlangsung lama di Amerika Serikat.

Seharusnya Amerika Serikat dalam setiap pemilu yang terjadi berkaca dari pengalaman masa lalu, Amerika Serikat dalam berdemokrasi sudahlah harus matang mengingat usia demokrasi di Amerika Serikat yang sudah tua.

Maka dari itu saran saya pada Donald Trump dan pendukungnya legowo menerima kekalahan yang ada, supaya keadaan Amerika Serikat jauh lebih baik dari hari ini, damai dan aman.

Selain itu dalam demokrasi sendiri, bukan hal yang mustahil jika memang Donald Trump masih ingin bergabung dengan pemerintahan Amerika Serikta entah menjabat sebagai mentri atau apaun, saya kira sebenarnya bisa saja.

Sebagai contoh Prabowo Subianto didalam demokrasi Indonesia yang masuk sebagai menteri pertahanan di era pemerintah Jokowi yang menjadi rivalnya dulu dipilpres 2019 Indonesia.

Bukankah Prabowo Subianto dapat menjadi contoh Donald Trump legowo menerima kekalahan dan jika memang ingin bergabung dengan pemerintahan baru Joe Biden bukan sesuatu yang tidak mungkin bagi Donald Trump seperti Prabowo Subianto bergabung ke pemerintahan Jokowi?

Sebaiknya untuk kebesaran demokrasi Amerika Serikat dimata dunia, dan kekerasan yang diakibatkan pendukung Donald Trump tidak legowo kalah dalam pilpres ameriak serikat 2020.

Tramp sebaiknya mengikuti langkah Prabowo untuk berdamai dan menerima kekalahan, jika masih ingin di pemerintahan Donald Trump bisa gabung dengan pemerintah baru Joe Biden sebagai apapun itu mentri juga tidak salah seperti Prabowo di Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun