Maka dari itu memaknai kekalahan Donald Trump sebenarnya sama seperti Negara demokrasi itu. Saya contohkan Negara kita Indonesia yang saling mengklaim satu sama lain kemenangan dan pendukung calon juga tidak menerima kekalahan.
Tentu di Indonesia sendiri, berkaca dari pilpres 2019 lalu, bukankah Prabowo-Sandi juga mengklaim satu pihak kemenangannya atas Jokowi-Ma'aruf? Â Dan juga banyak pendukung Prabowo-Sandi berunjuk rasa seperti pendukung masa Donald Trump yang menolak kemenangan Joe Biden?
Selain itu yang unik lagi dari Donald Trump sebagai capres yang kalah pada pilpres 2020 Amerika Serikat. Dirinya marah karena Wakil Presiden, Mike Pence, menolak mengintervensi pengesahan hasil pemilihan presiden 2020 dan kemenangan politikus Partai Demokrat, Joe Biden, oleh Kongres.
Atas kekerasan yang masih terjadi di Amerika Serikat, Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Volkan Bozkir mengecam kekerasan oleh massa pendukung Presiden Donald Trump di Gedung Kongres di Capitol Hill, Washington DC, Amerika Serikat pada Rabu (6/1)
Mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama juga menanggapi rushnya pendukung Donald Trump menilai kerusuhan massa yang terjadi di gedung Kongres Capitol Hill, Washington D.C, Amerika Serikat, dipicu oleh kebohongan Presiden AS Donald Trump tentang hasil pemilihan yang sah.
"Obama juga mengatakan sejarah akan mengingat kekerasan yang terjadi di Capitol hari ini dipicu presiden yang menjabat saat ini yang terus berbohong tentang hasil pemilihan yang sah, sebagai momen yang sangat tidak menghormati dan memalukan bagi bangsa Amerika Serikat dikutip dari CNN, Kamis (7/1)".
Menanggapi kericuhan pendukung Donald Trump sendiri, apa yang diucapkan oleh mantan presiden Barack Obama ada benarnya. Amerika Serikat yang dikenal dengan bangsa beradab dalam demokrasi sendiri justru mempertontonkan pada dunia tentang kekerasan tidak menerima hasil pemilu yang sudah berlangsung lama di Amerika Serikat.
Seharusnya Amerika Serikat dalam setiap pemilu yang terjadi berkaca dari pengalaman masa lalu, Amerika Serikat dalam berdemokrasi sudahlah harus matang mengingat usia demokrasi di Amerika Serikat yang sudah tua.
Maka dari itu saran saya pada Donald Trump dan pendukungnya legowo menerima kekalahan yang ada, supaya keadaan Amerika Serikat jauh lebih baik dari hari ini, damai dan aman.
Selain itu dalam demokrasi sendiri, bukan hal yang mustahil jika memang Donald Trump masih ingin bergabung dengan pemerintahan Amerika Serikta entah menjabat sebagai mentri atau apaun, saya kira sebenarnya bisa saja.
Sebagai contoh Prabowo Subianto didalam demokrasi Indonesia yang masuk sebagai menteri pertahanan di era pemerintah Jokowi yang menjadi rivalnya dulu dipilpres 2019 Indonesia.