Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Idealisme PKS, Optimis Jaring Suara Kecewa Jokowi

28 Desember 2020   08:19 Diperbarui: 28 Desember 2020   08:39 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Foto Dokumen Tim Media PKS

Melihat bagaimana peran PKS atau Partai Keadilan Sejahtera di dalam jalur oposisi pemerintah Jokowi memang sudah tidak diragukan lagi.

Dalam politik, memilih sikap sebagai ideology haluan jalannya partai memang sangat penting menyasar segmentasi suara pemilih pada saat pemilu.

Saya sendiri tentu menaruh hormat pada idealisme PKS yang memilih jalurnya sendiri tetap menjadi oposisi, tanpa tergiur menjadi partai pendukung pemerintah Jokowi menyusul Gerindra, Dkk yang mendapat tawaran menjadi menteri pada saat mereka bergabung dengan pemerintah.

"Kabinet Jokowi sendiri masa jabatan periode 2019-2024, mentri dari kader Gerindra diketahui ada dua kader yakni Prabowo Subianto sebagai Menhan atau mentri pertahanan dan Sandiaga Uno sebagai mentri pariwisata dan ekonomi kreatif yang dilantik (23/12) lalu".

Maka dengan berbagai tawaran yang mungkin bisa saja di loby oleh PKS jika akan bergabung dengan pemerintahan Jokowi, tetap saya kira ada kalkulasi politik structural jabatan sebagai ganjaran bergabungnya PKS dengan pemerintah Jokowi.

Partai Gerindra sendiri yang menyusul menjadi partai pendukung pemerintah bersama Nasdem, PKB, dan lain sebagainya adalah salah satu contoh tersebut, Bawasannya mendukung pemerintah tetap akan ada jabatan structural kabinet yang menjadi tawarannya.

Untuk itu dengan idealisme PKS yang kekeh tetap pada jalur oposisi, menurut saya sangat layak diapresiasi. Sebab oposisi pada politik demokrasi sendiri adalah penyeimbang kebijakan pemerintahan.

Kekehnya sikap PKS menjadi oposisi sendiri langsung disampaikan oleh Presiden PKS Ahmad Syaikhu yang menyatakan partainya akan terus menjadi oposisi dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Dirinya mengatakan sikap politik itu merupakan keputusan DPP PKS. Seperti diketahui PKS sejak masa awal pemerintahan Jokowi memang tidak pernah bergabung menjadi partai pendukung pemerintah Jokowi.

"Terkait dengan koalisi, InsyaAllah PKS tetap dalam keputusannya untuk menjadi oposisi," ujar Ahmad dalam keterangan pers secara virtual, Minggu (27/12) dikutip CNN Indonesia.

Namun dengan PKS sendiri, meski partainya tetap oposisi, sikapnya akan tetap realistis dalam menilai kinerja pemerintah Jokowi-Ma'ruf.

Untuk itu PKS akan mendukung program pemerintah yang secara nyata baik bagi masyarakat. Tetapi jika program tersebut membawa kerugian bagi masyarakat, PKS sendiri tidak akan segan-segan mengkritik pemerintah Jokowi.

Selain itu Presiden PKS juga menghimbau kader PKS mengamankan suara rakyat yang kecewa atau tidak puas dengan kebijakan Jokowi. Presiden PKS Ahmad Syaikhu itu berpandangan, sangat banyak jumlah masyarakat yang tidak puas pada pemerintahan Jokowi.

"Suara rakyat yang tidak puas tersebut harus dipastikan mampu berlabuh di Partai Keadilan Sejahtera," ujar Syaikhu dalam Musyawarah Wilayah PKS secara virtual, Minggu (27/12) dikutip CNN Indonesia.

Sebagai dasar dari pertimbangan sendiri disampaikan oleh Presiden PKS, survei Litbang Kompas yang mencatat ada 52,5 persen masyarakat tidak puas dengan kinerja satu tahun pemerintahan Jokowi, survei sendiri  dilakukan pada Oktober 2020 lalu menjadi angka potensial yang harus digarap oleh PKS.

Namun menjadi pertanyaan sendiri, mampukah kader PKS mengamankan suara rakyat yang tidak puas dengan pemerintah Jokowi?

Saya tentu akan bilang mampu jika memang kader  PKS konsisten pada kerja-kerja mereka merebut suara rakyat yang kecewa Jokowi.

PKS kekeh menjadi oposisi saja tentu sudah menjadi catatan masyarakat yang kecewa pada pemerintahan Jokowi untuk menjadi dasar memilih PKS dipemilu berikutnya.

Berkaca pada kondisi tersebut, Syaikhu mengatakan pemilu 2024 adalah momentum kemenangan PKS atau Partai Keadilan Sejahtera.

Ahmad Syaikhu sendiri mengingatkan hasil Musyawarah Nasional telah menetapkan PKS membidik perolehan minimal 15 persen suara atau meningkat 6,79 persen jika dibandingkan dengan Pileg 2019.

Senada dengan itu, pencapresan nanti pada pilpres 2024 sendiri PKS tetap akan memprioritaskan kader potensial, baik sebagai Calon Presiden maupun wakil presiden di 2024.

Saya kira partai politik manapun dengan konsistensi dan benar-benar menyuarakan suara rakyat, bukan tidak mungkin parati politik tersebut akan mendapatkan tempat dihati rakyat untuk dipilih termasuk PKS itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun