Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Intervensi Melalui Aksi 1812 Gatot, Alias Gagal Total?

19 Desember 2020   10:15 Diperbarui: 19 Desember 2020   10:21 1807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Antaranews.com

Memang Aksi-aksi sendiri yang dilakukan oleh pendukung Rizieq Shihab dalam memaknai protes atau unjuk rasa menuntut keadilan menjadi warna baru dalam bentuk-bentuk demonstrasi dan demokrasi Indonesia saat ini.

"Saya kira tidak ada yang salah dari domonstrasi, tetapi ketika demonstrasi sebagai aktivitas biasa dan apa-apa harus turun ke jalan, jelas disitu justru malah mengganggu ketertiban umum masyarakat luas".

Bahasa yang mudah dipahami, Negara Indonesia adalah Negara hukum, demo sesekali tidak apa, asalkan jangan berkali-kali, selanjutnya ditempuh dengan jalur hukum, jika memang protes itu kasus hukum".

Maka dari itu memaknai Aksi 1812, dimana aksi itu dilakukan saat pandemic covid-19 yang belum usai dan DKI Jakarta sendiri angka Covid-19 masih tinggi, mungkinkah tidak akan menjadi cluster baru penyebaran covid-19?

"Untuk itu saat kumpulan masa mulai berkumpul di istana Negara dengan nama Aksi 1812, dimana istana Negara adalah tempat melakukan aksi tersebut, oleh polisi langsung dipukul mundur sebelum melakukan aksi".

Diketahui Massa 1812 yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti-Komunis (Anak NKRI) dipastikan gagal total dalam menggelar aksi unjuk rasa didepan istana Negara Jumat (18/12) atas tidak tegas polisi yang sebelumnya mampu mengantisipasi masaa.

Seperti dikutip CNN Indonesia, Awalnya, pada pukul 13.15 WIB, massa yang didominasi pakaian putih-putih mulai berdatangan. Mereka berhenti di depan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta Pusat yang telah dijaga aparat.

Kedatangan massa itu lalu disambut dengan imbauan Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Heru Novianto. Melalui pengeras suara, Heru meminta massa untuk bubar dan tidak membuat kerumunan.

Saat itu, massa memilih bertahan, mereka melantunkan salawat dan meneriakkan Takbir. Namun tak berapa lama, petugas Polri dan TNI yang berjaga langsung bergerak maju mendorong massa untuk mundur. Beberapa orang yang berada di atas mobil komando diminta turun.

Aksi dorong-mendorong antara aparat dan massa sempat terjadi di sekitar Patung Kuda selama beberapa menit. Salah seorang aparat sempat meneriakkan "Tarik aja satu, tarik".
Saat itu, dari pantauan terlihat beberapa orang langsung diamankan polisi.

Tak lama dorong-mendorong, massa akhirnya mundur dan berpencar ke arah Jalan Medan Merdeka Selatan, Jalan MH Thamrin, dan Jalan Budi Kemuliaan.

Aksi massa 1812 adalah buntut dari status Rizieq Shihab yang dijadikan tersangka oleh kepolisian atas kasus  melanggar protokoler kesehatan pasca dirinya pulang dari Arab Saudi.

Seperti diketahui Rizieq Shihab dituding mengumpulkan massa di Petamburan Jakarta saat DKI Jakarta sedang melakukan PSBB atau Pembatasan Sosial Sekala Besar. Rizieq Shihab menggelar hajatan anaknya dan mengelar acara maulid nabi yang disitu menyebabkan krumunan banyak massa.

Selain itu Aksi 1812 juga merupakan suatu "aksi" menuntut keadilan pasca 6 anggota FPI tewas atas insiden bentrok dengan kepolisian di jalan Tol Cikampek beberapa waktu lalu.

Untuk itu, apakah berbagai aksi massa yang dilakukan oleh pendukung Rizieq Shihab akan dapat mengintervensi upaya hukum yang ada saat ini?

Walau dimotori kelompok-kelompok yang membuat aksi 212 pada 2016 silam, sejumlah pengamat pesimistis bisa memberi dorongan untuk membuat kasus Rizieq Shihab terhenti.

Sosiolog dari Universitas Andalas, Indradin, menilai anggapan itu bisa muncul karena persoalan yang diangkat dalam aksi tersebut tidak mewakili kelompok Islam secara umum seperti pada aksi 212 silam yang terkait perkara dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang kala itu Gubernur DKI Jakarta.

Oleh sebab itu menurutnya, sulit untuk mengatakan bahwa suara dari kelompok FPI cs itu mewakili umat Islam secara keseluruhan di Indonesia. Hal ini tentu berbeda dari aksi demonstrasi yang digelar berjilid-jilid untuk mendesak aparat hukum memproses Ahok empat tahun silam.

Meskipun demikian, Indradian sendiri tidak dapat dipungkiri bahwa suatu kelompok biasanya akan memiliki ikatan emosional antarsesama. Apalagi, saat ini pimpinan yang mereka sebut Imam Besar "Rizieq Shihab" terjerat kasus hukum.

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun