Dunia politik jika memang diruntut dari akarnya, tidak lain adalah kecintaan pada figure bukan dengan ideology politiknya.
Tak ubahnya politik saat ini, yang menjadi ukurannya tentu adalah figuritas, mampukah figure tersebut menjawab rasa cinta pada pendukungnya?
Untuk itu mengapa berpolitik. Pertama yang harus dibangun adalah figuritas, supaya ada ketertarikan masyarakat untuk dapat memilihnya di dalam pelaksanaan pemilu.
Memang pemilihan umum, yang tertuang adalah kepentingan kelompok. Untuk itu saling menyerang antar sesama kelompok dalam politik pada saat pemilihan umum sudah biasa terjadi.
Tetapi mencengankan ketika pada saat pemilihan umum sendiri menjelek-jelekan yang tidak akan menjadi "kandidat" pemilihan umum itu.
Seperti contohnya di pilkada 2020 kota Surabaya, pendukung dari salah satu calon ingin menghacurkan Tri Rismaharini yang saat ini menjabat walikota Surabaya.
Diketahui, video viral berisi nyanyian 'Hancurkan Risma Sekarang juga' dinyanyikan oleh para pendukung pasangan calon walikota dan wakil walikota Surabaya nomer urut 02 Machfud Arifin dan Mujiman yang juga adalah warga Surabaya.
"Hanya karena alasan keterlibatan dan kesamaan politik dengan competitor calon walikota Surabaya Tri Rismaharini ingin dihancurkan oleh pendukung salah satu calon dalam pilkada Surabaya 2020 itu sangat tidak bijak".
Perlu diketahui Tri Rismaharini adalah kader PDIP, dimana PDIP dalam pilkada kota Surabaya sendiri mencalonkan Eri Cahyadi sebagai Walikota dan Wakil Walikota Amuji, yang dalam pilkada 2020 sendiri mendapat nomer urut 01.
Atas kasus itu, Balai Kota Surabaya tempat wali kota Tri Rismaharini berkantor sejak Sabtu, 28 November lalu dibanjiri karangan bunga tanda dukungan kepada walikota Surabaya.
Karangan bunga sendiri dikirim oleh Tokoh masyarakat Surabaya, Tokoh Agama, Bunda PAUD, Relawan Rungkut dan Relawan Kedung Baruk.