Tidak di manapun perkara pandangan politik, setiap isi pemikiran manusia memang tidak perlu harus sama. Berbeda juga tidak ada masalah dalam politik.
Ibaratnya jika itu adalah dua kepala, tidak peduli bapak atau anak, saya kira pemikiran seseorang selalu saja berbeda-beda.
Untuk itu perbedaan pandangan politik antara Amien Rais dan anaknya Mumtaz Rais harus dijadikan sebuah hal biasa.
Tetapi yang perlu untuk diperhatikan adalah jangan gegara berbeda pandangan politik anak dan orang tua lalu musuhan secara pribadi.
Namun tidak ditampik politik dapat seperti itu, sebab berkaca dari politik dari dasarnya yakni politik desa jika pilkades atau pemilihan kepala desa.
Sesama saudara tidak mengenal, tetangga juga begitu, anak dan orang tua? Sama saja dapat saling tidak mengenal satu sama lain!
Memang kecintaan pada politik adalah racun, tentu bagi yang tidak punya kepentingan atas dasar politik tersebut tetapi membela habis-habisan perkara politik yang sampai lupa daratan.
Mumtaz Rais dan Amien Rais, mereka adalah elite politik. Mungkin berpolitiknya pun lebih bermartabat dari rakyat-rakyat biasa. Â
Saling menyebrangnya pemikiran politik mereka tentu karena kepentingan yang harus mereka kejar dan tidak harus dijalan yang sama meyakini jalan politik masing-masing.
Saat ini Amien Rais dan Mumtaz Rais sudah berbeda jauh arah politik dan tindakan dalam politiknya memperjuangkan ide pemikirannya.
Seperti diketahui alasan Amien Rais membuat partai baru yakni partai Ummat. Tentu adalah langkahnya untuk tidak mendukung pemerintah Jokowi dan berpegang teguh menjadi oposisi.