Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nikita Mirzani, Picu Kurang Percaya Presiden!

20 November 2020   07:59 Diperbarui: 20 November 2020   08:05 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: politik.rmol.id

Tentu fenomena Nikita Mirzani memang suatu kejadian yang langka. Sebab tidak biasanya seorang artis dalam membuat suatu isu.

Mengarahkan isu tersebut kepada seorang pemimpin ormas islam yakni Imam Besar FPI atau Front Pembela Islam "Rizieq Shihab", yang namanya kembali tenar selepas pulangannya dari Arab Saudi.

"Karena biasanya seorang artis melemparkan isu popularitas pada sesama artis untuk mengisi ruang infotement gosip ala televisi".

Maka berkaca dari kasus Nikita Mirzani, apakah gossip televisi sudah tidak menjanjikan popularitas lagi bagi seorang artis? Ataukah lemparan isu pada Rizieq Shihab adalah ungkapan kekesalan Nikita Mirzani sebagai masyarakat?

Mungkinkah Nikita Mirzani akan menyusul artis-artis lainnya seperti Eko Patrio, Aldi Fairus, dsb untuk berpolitik? Dimana Rizieq Shihab sendiri dalam gerakannya berpolitik melalui FPI?

Jika mau diruntut berbagai kemungkinan tentang hal-hal yang dapat menjadi "mungkin", semua dapat ditafsirkan kembali pada yang tidak mungkin.

Untuk itu fenomena Nikita Mirzani dengan kegarangannya, blak-blakannya, dan keberaniaanya pada Rizieq Shihab dan pendukungnya oleh public direspon positif.

Entah itu positif atau negative dalam hal ini. Tetapi era demokrasi, era keterbukaan informasi seperti media social, telah menjadi lompatan baru kehidupan manusia.

"Bawasannya seseorang yang hidup diera informasi dan media saat ini. Pendapat apapun tidak dapat terbendung begitu saja, meski undang-undang akan hukum menanti bila ada yang dirugikan, dalam hal bermedsos tanpa aturan".

Namun semua kembali pada yang menafsir akan bersudut pandang, biasa atau dibesar-besarkan menurut ego masing-masing untuk saling melawan disitulah kuasanya kehendak pribadi.

Tentang perseteruan Rizieq Shihab dan Nikta Mirzani, antara Lo*te dan Tukang obat, memang dalam penafsiran sehari-hari sudah menjadi profesi yang biasa dilakukan untuk bertahan hidup.

Tetapi semua kembali pada ego benarnya sediri antara ketersinggungan dan saling tidak mau direndahkan masing-masingnya. Namun jika tidak mau merendahkan sebagai manusia tetap jangan ikut merendahkan orang lain.

Kasus perseteruan Rizieq Shihab dan Nikita Mirzani dan pendukungnya masing-masing. Dalam perspektif kaca mata saya sebagai seorang yang mengikuti berbagai drama yang ada.

Public belajar banyak akan hal ini, dimana peran media social begitu dominan. Sebab ada suatu rongga besar politik yang ditelanjangi, bahkan dari dasarnya yakni kebudayaan manusia atas manusia dalam hal kepemimpinan dan kemuliaan.

Nikita Mirzani yang dinilai sebagai manusia hina sedangkan Rizieq Shihab sebagai manusia tinggi. Namun setiap manusia pada dasarnya mempunyai martabat yang sama, tidak ada beda dimata dirinya sendiri yang tetap saja semua mempersepsikan dirinya yang tidak sempurna.

Apakah orang lain adalah wujud dari ketersempurnaan bagi manusia? Anggapan senyatanya memang meninggikan melalui lebel yang manusia gunakan, habib yang dinilai kemuliaannya tinggi, lonte yang dinilai rendah.

Mungkinkah itu adalah pandangan social kita yang sudah ditentukan dari kebudayaan? Tetapi yang jelas semua bergantung pada sisi perspektif pribadi itu sendiri masing-masing.

Pada dasarnya siapa yang menelanjangi suatu kebenaran, dialah yang tetap akan disanjung banyak orang.

"Sebab setiap orang punya sisi benar yang tidak dapat disadari oleh segelintir orang lain. Kebenaran sendiri adalah sisi rasa yang tidak bisa diatawar oleh manusia".

Apakah Indonesia belajar banyak dari kasus Nikita Mirzani dan Rizieq shihab? Kenyataanya Indonesia memang harus belajar dari kasus ini.

Tidak lain adalah diantara kehinaan sosial dan kemuliaan sosial menurut persepsi banyak orang diruang media social, mudahnya akses informasi, dan pengaruh kebudayaan baru.

Kasus Nikita Mirzani dan Rizieq Shihab juga menampar keras dunia politik khususnya presiden indonesai ke depan.

Tidak dipungkiri banyaknya komentar warganet menanggapi kasus Nikita Mirzani dan Rizieq Shihab. Banyak kalangan menilai keberanian Nikita Mirzani, layak dirinya dijadikan sebagai calon presiden masa depan.

Dengen adanya presepsi Nikita Mirzani calon presiden, mungkinkah banyak warganet frustasi dengan tokoh-tokoh politik yang ada untuk maju calon presiden?

Dimana Nikita Mirzani picu warganet kurang percaya figure presiden, sehingga Nikita Mirzani yang bukan berlatar belakang politisi didorong nyapres oleh warganet?    

Yang jelas fenomena Nikita Mirzani untuk nyapres masa depan adalah seru-seruan, tetapi dalam keseruan itu ada titik dimana warganet sebenarnya kurang percaya pada figure-figure politik calon presiden dimasa depan.

Untuk itu pendapat dari komentar werganet, justru memebrikan pendapat yang sebenarnya nyleneh dan keluar konteks. Nikita Mirzani bukan politisi dan semua tahu tidak mungkin juga dirinya nyapres.

Konfliknya bersama Rizieq shihab ditegaskan Nikita Mirzani. Dirinya tidak punya kepentingan apapun dalam politik. Dirinya hanya biasa, warga Jakarta yang terusik kemacetan diakibatkan kerumanan pendukung Rizieq Shihab beberapa waktu silam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun