Kenyataannya memang hidup adalah penderitaan. Tidak kurang-kurang Sang Budha berkata dalam ajaran kebijaksanaannya.
Supaya dalam hidup meski menderita manusia dapat melatih dirinya sendiri. Supaya tidak jatuh pada lubang pendiritaan yang secara terus menerus dirasakannya tanpa akhir dan mampu bahagia dalam jeda.
Sebab penderitaan tidak lebih diciptakan sendiri oleh manusia sebagai seorang pribadi. Karena itu dalam hidup menyadarkan diri adalah cermin yang harus manusia hidupkan.
Oleh sebab itu menjadi manusia, tidak hanya akan merasakan hidup yang menderita tetapi dalam penderitaan itu manusia juga berharap akan kebahagiaan, yang ia ingin tempuh sebagaimana hasratnya menginginkan untuk bahagia.
Tetapi apapun bentuk dari setiap derita hidup nyatanya memang harus dihadapi. Tidak lain untuk latihan mental manusia, mampu atau tidak dihadapkan pada ilusinya sendiri. Sebab banyak orang bijak berkata bahwa hidup adalah mimpi yang sementara.
Jika penderitaan tidak untuk disadari, hidup tidak akan pernah merasa syukur dan selalu mempersalahkan diri sendiri. Maka dari itu faktor-faktor pada kesadaran akan rasa sakit dirasakan manusia.
Luka yang dalam seharusnya disiasati dengan kesadaran akan hidup. Sebab hidup sendiri tidak bergantung pada sesuatu yang ada dilur diri, melainkan semua rasa baik derita dan bahagia berasal dari kita sendiri.
Rasa cinta dan benci berasal dari pikiran yang kurang akan kesadaran. Jika dipikir mencintai adalah hal yang bergantung pada suasana hati. Begitupula dengan rasa benci, sudah pasti berakar dari hal yang sama yakni adanya kecacadan pada mentalitasnya sendiri.
Maka dari itu standart hidup bukanlah ukuran. Semua manusia jika dihadapkan pada keinginan tidak akan pernah ada habisnya dalam memandang kehidupan. Bawasannya jika manusia melihat orang lain hidupnya tidak akan pernah selasai.
Jika mencintai orang lain adalah luka, begitu juga dengan harapan akan nasib yang mulia tidak terwujud terlalu diharapkan akan membuat suatu luka batin yang dalam.
Saat itulah kita sebagai manusia harus mengasihi diri sendiri jika luka batin itu datang. Hidup bersama cinta kasih, baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang yang memang dikasihi, bersama dengan kesadaran yang harus menjadi dasar melakukan semua itu.