Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Trump Ikuti Prabowo, AS Hancur!

7 November 2020   07:10 Diperbarui: 7 November 2020   09:23 11567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang sudah banyak diketahui pada pilpres 2020 amerika serikat, dimana sudah dapat dipastikan dengan hitung cepat Donald Trump kalah tipis dari Joe Biden.

Tentu dengan hasil tersebut sudah menjawab penasaran publik dunia pada pemilihan presiden amerika serikat 2020 ini.

Maka hanya berbekal media, saya memang tidak tahu secara pasti bagaimana kondisi nyata di Amerika Serikat  sana terkait situasi pasca pilpres.

Mungkinkah pilpres Amerika Serikat juga sama dengan Indonesia saling klaim kemenanngan seperti Prabowo dan Jokowi dulu di 2014 dan 2019?

Tetapi yang pasti, tetap ada kekecewaan baik dari pendukung Donald Trump, maupun bahagianya pendukung Joe Binden, yang dapat meraup suara lebih banyak dari pesaingnya Donald Trump dan berpotensi besar menjadi presiden Amerika Serikat berikutnya.

Namun dalam demokrasi, dimana semua keputusan ada ditangan rakyat. Tidak ada yang mampu mengganggu gugat, siapa yang menang haruslah siap menjabat dan siapa yang kalah coba lagi di lain pemilu mendatang.

Karena pada intinya demokrasi adalah suara rakyat. Begitupun demokrasi Amerika Serikat, adalah suara rakyat Amerika Serikat.

Maka dengan berbagai drama yang terjadi, dimana publik dunia digiring pada pilpres Amerika Serikat 2020 yang membuat semua mata politik dunia tertuju kesana.

"Selama ini Amerika Serikat adalah pusatnya demokrasi, Amerika Serikat Negara demokratis tertua di dunia, untuk itu politik disana menarik perhatian public dunia, disamping itu Amerika Serikta juga pusatnya media dan negara adidaya".

Untuk itu demokrasi yang matang di Amerika Serikat tentu berbeda dengan demokrasi yang ada di Indonesia yang baru berusia puluhan tahun.

Meski banyak tokoh dunia menganggap pilpres Amerika Serikat 2020 seperti Indonesia, yang salah satunya diucapkan oleh David Lipson, kepala biro Washington untuk ABC Australia.

Apakah memang benar politik Amerika Serikat 2020 rasa Indonesia seperti yang diucapkan oleh david lipson?

Jika calonya dua orang memang benar, juga dalam isu sentimen politik. Saya kira negara demokratis akan mengalami hal yang sama dalam kampanye atau memetakan pendukung masing-masing termasuk Amerika Serikat.

Pengajar college of asia and the pasifik, the australian national university Ros Taspell mengomentari suasana pilpres Amerika Serikat 2020 yang diucapkan David Lipson.

"Bahwa pilpres Amerika Serikat belum rasa Indonesia jika Donald Trump belum dipilih sebagai mentri pertahanan seperti Prabowo Subianto kini yang menjadi mentri pertahanan di era pemerintahan Jokowi.

Maka saya katakan jika memang Donald Trump mengikuti langkah Prabowo Subianto dalam berpolitik ikut gabung dengan pemerintahan Joe Biden sebagai apapun nanti, demokrasi Amerika Serikat akan hancur. Tidak lain adalah tidak adanya oposisi.

Bukankah negara demokrasi tanpa oposisi yang kuat "demokrasi" di negara tersebut tidak sehat? Begitu pula di Indonesia yang kini mayoritas partai politik menjadi koalisi pemerintah Jokowi, tidak ada pertentangan sengit kebijakan pemerintah dimana oposisi lemah.

Disamping itu jikalau memang Donald Trump seperti Prabowo Subianto gabung dengan lawan politik, martabat Trump juga turut hancur oleh mata dunia.

Sebab pilpres Amerika Serikat juga menjadi perhatian dunia. Trump akan diolok-olok bukan saja oleh warga Amerika Serikat tetapi juga warga dunia.

Namun saya kira dengan demokrasi yang matang di Amerika Serikat dan Trump juga sebelumnya adalah seorang presiden, rasanya jauh jika mengikuti sikap Prabowo Subianto yang belum pernah menjadi presiden.

Tetapi jika Donal Trump urat malunya sudah terputus, masuk pemerintahan kompetitor yakni Joe Biden untuk hasratnya populer sebagai capres lagi di pilpres selanjutnya, di situlah Amerika Serikat yang selama ini jadi pusatnya demokrasi telah kalah oleh Indonesia.

Sebab demokrasi Indonesia yang menjadi model panutannya adalah Amerika Serikat. Namun dengan sikap Donald Trump jika mengikuti langkah Prabowo Subianto di indonesia, di situlah demokrasi Indonesia unggul menjadi model panutan negara lain, sekelas Amerika Serikat pula.

Jika dipikir Donald Trump mengikuti langkah Prabowo Subianto, rasanya bisa terjadi tetapi bagi nalar saya mustahil. Demokrasi Amerika Serikat lebih bermartabat dari Indonesia yang hanya mementingkan jatah kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun