Kata yang tidak baku dalam politik adalah kepentingan. Siapapun dihadapan kepentingan semua dapat licin. Dalam arti berpolitik tidaklah kaku melainkan lentur menurut apa kepentinggan politiknya.
Sebagai veteran dalam berpolitik, Prabowo Subianto dan Megawati atau PDIP dan Gerindra, dalam sejarahanya memang pernah berkoalisi sebagai Capres dan Cawapres di pilpres 2009 lalu.
Maka dengan itu menandakan antara kedua tokoh dan kekuatan politik tersebut antara Megawati dan Prabowo Subianto, tidak pernah ada konflik sejarah masa lalu yang membuat keduannya dalam berhubungan dingin.
Berbeda dengan Megawati-Susilo Bambang Yudhoyono yang sampai saat ini terkesan tidak lentur dalam kepentingan politiknya.
Masih ada terkesan rikuh berpolitik bersama, itu dibuktikan dengan tidak maunya Partai demokrat menjadi kolalisi pemerintah Jokowi. Meski AHY sendiri cenderung berhubungan baik dengan PDIP dan Megawati.
Tetapi apakah dengan sikap Megawati dan Prabowo Subianto yang lentur, sehingga Gerindra juga merapat ke Pemeritahan Jokowi. Apakah ada transaksi politik nanti di 2024 mengulang kembali peristiwa pilpres 2009?
Megawati Tak segan beri saran ke Prabowo
Banyak pengamat politik memang memprediksi masuknya Prabowo Subianto dalam koalisi Jokowi tentu akan ada transaksi politik yang akan dilakukan di 2024.
Untuk itu sinyal kuat antara Prabowo Subianto dan Puan Maharani sebagai pasangan capres dan cawapres 2024 memang santer diprediksi bakal dilakukan PDIP dan Gerindra.
Tetapi pengamat politik sendiri berpendapat dengan elektabilitas Ganjar Pranowo yang terus naik membuat PDIP justru semakin bingung. Tidak lain adalah PDIP juga ingin menaikan Puan Maharani untuk ikut dalam kontestasi pilpres 2024.
Maka dengan saran Megawati ke Prabowo Subianto yang kini menjadi mentri pertahanan di era Jokowi 2019-2024. Dimana Megawati berkata dalam saran tersebut kepada Prabowo Subianto jangan hanya membeli satu kapal perang dalam acara rapat koordinasi PDIP secara virtual, Sabtu (31/10).