Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sindir Milenial, Megawati dan PDI-P Akan Tetap Kuat

30 Oktober 2020   16:29 Diperbarui: 31 Oktober 2020   08:04 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai partai yang telah lama eksis, saya kira secara organisasi, PDI-P tidak diragukan lagi sepak terjangnya dalam kancah politik Indonesia.

Tetapi seberapa pun kejayaan partai itu sendiri tinggi, tetap menyongsong masa yang akan datang dengan regenerasi adalah sesuatu yang sangat vital untuk keberlangsungan partai. Dalam hal ini tidak terkecuali PDI-P.

Memang jika PDI-P tidak mulai menyasar segementasi baru lintas generasi. Saya kira partai tersebut bukan saja akan minim simpatisan. Tetapi juga mati dengan sendirinya tanpa regenerasi kader partai masa depan.

Namun jika peran partai politik dalam pemerintahan sendiri tetap pilihan dalam peranan politik. Tentu bukan tidak mungkin keberadaan partai politik sendiri akan tetap dapat langgeng tanpa kendala apa-apa meskipun tidak menyasar lintas generasi.

Karena jika dalam hal pencalonan sebagai anggota DPR atau pencalonan-pencalonan pejabat public yang lain, itu harus didukung partai politik.

Di situlah kelanggengan partai politik, yang tetap akan digunakan sebagai jembatan dalam berpolitik oleh masyarakat yang ingin berpolitik akan terus menjadi pilihan utama.

Bukankah saat ini, dan mungkin nantinya partai politik bukan yang mencari kader, melainkan kader sendiri yang butuh partai politik untuk "berpolitik" masuk dalam jajaran pemerintahan?

Untuk itu seperti mereka yang ingin menjadi anggota DPR dan lain sebagainya. Bukankah jika partai politik masih sebagai jembatan utama untuk membidik jabatan angota DPR dan sebagainya, saya kira partai politik tetap akan diminati oleh masyarakat termasuk milenial.

Maka berkaca dengan kasus di mana Megawati sebagai ketua umum partai politik PDI-P, menyindir bahakan sinis pada milenial. Saya kira tidak akan berpengaruh apa-apa pada partai politik PDI-P dimasa yang akan datang.

"Seperti diketahui Megawati Ketua Umum PDIP menyindir bahkan sinis pada milenial khusunya pelajar dan mahasiswa yang bisanya hanya demonstrasi pada hari Sumpah Pemuda (28/10) buntut panjang penolakan pada omnibus law UU Cipta Kerja".

Tidak hanya itu Megawati sebagai Ketua Umum PDIP juga memepertanyakan sumbangsih milenial yang tidak diperhitungkan oleh Megawati untuk bangsa dan Negara, sehingga mengingatkan presiden Jokowi untuk tidak memanjakan milenial.

Mungkinkah benar sekeras-kerasnya PDI-P menyindir, bahakan mengkritik milenial tidak akan berpengaruh pada peran PDI-P dalam berpolitik dimasa yang akan datang? Berkaca dengan saat ini dimana penyataan Megawati seperti yang sinis pada generasi milenial? 

Sebagai ketua umum PDI-P peran Megawati dalam partai politik memang sangat vital. Bahkan Ganjar Pranowo sendiri yang elekabilitasnya tinggi sebagai capres potensial 2024 menurut survey terbaru versi indicator politik Indonesia. Ganjar Pranowo menunggu keputusan partainya yakni PDI-P untuk dirinya dapat dijadikan capres 2024.

Maka dari itu pentingnya partai politik dalam menjembatani orang-orang yang ingin berpolitik sendiri. Dan peran partai sebagai jembatan yang sah dan diakui Negara untuk menyelenggarakan demokrasi.

Mungkinkah jika milenial sendiri saat ini anti pada PDI-P karena ungkapan Megawati misalahnya, akan membuat Megawati dan PDI-P tenggelam sebagai partai politik?

Saya kira partai politik sebagai dasar utama berpolitik tentu mau bagaimanapun tetap akan kuat. Sebab bagaimanapun saat ini berpolitik, semua didorong untuk butuh partai politik.

Untuk itu milenial yang berpolitik di masa depan tidak mungkin akan lepas dari peran partai. Mungkin saat ini PDI-P dan Megawati di mata milenial memang berjarak, terjadi karena sindiran Megawati sebagai ketua umum partai PDI-P memandang sinis dan menyindir milenial.

Namun dimasa yang akan datang jika memang milenial ingin berpolitik, saya kira bukan partai yang butuh kader milenial, tetapi kader mileniallah yang butuh partai untuk berpolitik termasuk partai PDI-P. Jadi mau bagaimanapun Megawati dan PDI-P memang akan tetap kuat sebagai partai politik dan Megawati sebagai ketua umum yang menentukan keputusan politik.                                                           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun