Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fadli Zon dan Tokoh Ini Suksesor Naiknya Elektabilitas Gerindra

26 Oktober 2020   11:46 Diperbarui: 26 Oktober 2020   18:42 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: gatra.com (Andre Rosadi)

Sebagai kader potensial yang dimiliki Gerindra, Fadli Zon dalam gerakan politiknya meski partainya sendiri masuk dalam koalisi pemerintah.

Fadli Zon sebagai kader Partai Gerindra juga memainkan dua kartu yakni sebagai pengktitik pemerintah Jokowi.

Tentu Fadli Zon sebagai tukang kritik pemerintah, meskipun dalam hal pengesahan undang-undang seperti omnibus law UU Cipta Kerja sendiri dan lain sebagainya.

Parti Gerindra tetap mengikuti apa yang sudah menjadi ketetapan sebagai partai yang mendukung pemerintah Jokowi.

Maka kritik apapun dari kader Partai Gerindra seperti Fadli Zon dan lain sebagainya, memang tidak ada ada relevansinya sebagai rujukan dari keputusan partai Gerindra.

Untuk itu seberapa pun kritik itu disematkan pada pemerintah Jokowi oleh Fadli Zon atau kader partai Gerindra lain.

Pada kenyataannya tidak serta merta mempengaruhi keputusan partai Gerindra memenuhi dukungannya terhadap pemerintah Jokowi, karena sepakat masuk dalam partai koalisi pemerintah Jokowi.

Namun sebagai narasi sendiri, bahwa tidak sepenuhnya meski Gerindra dalam keputusan partainya satu suara dengan pemerintah jokowi.

Tetapi di sisi lain kadernya seperti Fadli Zon juga aktif mengkrituk pemerintah mungki adalah sebuah strategi partai memainkan politik dua kaki.

Disebut Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, menindak lanjuti Partai Gerindra sendiri yang saat ini naik drastic elektabilitasnya.

Poin penting naiknya elektabilitas partai Gerindra adalah permainan dua kartu yang diperagakan oleh kadernya yang paling berpengaruh yakni Fadli Zon dengan berbagai kritik yang dilontarkan pada pemerintah Jokowi meski Gerindra mendukung Pemerintah Jokowi.

Burhanuddin Muhtadi mengatakan dikutip CNN Indonesia. Elektabilitas Gerindra pada Juli berada di angka 17,7 persen dan di September naik ke 21,1 persen. Tentu naiknya elektabilitas ini dalam jangka waktu tiga bulan terkahir sangat drastic dan signifikan bagi Gerindra.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi juga membandingkan Partai Gerindra dengan partai lain, dimana PDIP stagnan, masih menang unggul tapi yang paling tinggi (kenaikannya) Gerindra. Demokrat dan PKS juga naik elektabilitasnya.

Mungkinkah naiknya elektabilitas Partai Gerindra hanya bertumpu pada kritik-kritik Fadli Zon saja? Apakah tidak ada kader lain yang juga menyambangkan sumbangsih melalui kritik terhadap pemerintah Jokowi selain Fadli Zon?

Kritik Fadli Zon dan Andre Rosiade  Buat Elektabilits Gerindra Naik 

ilustrasi: gatra.com (Andre Rosadi)
ilustrasi: gatra.com (Andre Rosadi)

Memang dalam mengangasumsikan naiknya elekstabilitas Partai Gerindra disebut Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, Andre Rosadi juga memiliki peran penting didalamnya dengan berbagai kritiknya kepada pemerintah menaikan elekstabilitas partai Gerindra.

Burhanuddin Muhtadi berkata, peran sebagai partai pengkritik pemerintah itu dimainkan Gerindra lewat dua kadernya Fadli Zon serta Andre Rosiade, yang ia sebut sangat efektif dalam menaikan citra partai Gerindra, untuk itu elektabilitas Partai Gerindra dapat naik pesat saat ini.

Menurutnya, kritik-kritik yang kerap dilontarkan oleh dua kader Gerindra itu mirip seperti kritik yang disampaikan oleh petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera, yang dimana "PKS" sendiri sebagai partai oposisi pemeritah Jokowi.

Survei Indikator Politik Indonesia dimana menunjukan Partai Gerindra naik elektabilitasnya, dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling berupa kontak telepon ke responsden.

Sebanyak 1.200 dari 5.614 responden dihubungi Indikator Politik Indonesia saat melakukan survei yang berlangsung pada 24 hingga 30 September 2020 ini.

Menurut Burhanuddin, survei ini memiliki toleransi kesalahan atau margin of error sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Oleh karena itu dengan naiknya ekstabilitas Partai Gerindra melaui peran dua kaki antara partai Gerindra dan kadernya seperti Fadli Zon dan Andre Rosiade, mungkinkah akan konsisten membuat elektabilitas partai Gerindra naik sampai nanti di 2024?

Elektabilitas yang naik sendiri tentu praktis akan menaikan jumlah pemilih Partai Gerindra di pemilu 2024 nanti, apakah memang memainkan dua kaki dalam berpolitik merupakan strategi partai Gerindra?

Satu sisi dapat simpati dari masyarakat pro pemerintah Jokowi gabung dengan kolalisi pemerintah, disisi lain kritik yang terus dilontarkan kader Gerindra seperti Fadli Zon danAndre Rosiade dapat menarik suara kontra pemerintah.

Saya sendiri menyangka bahwa itu adalah strategi Partai Gerindra untuk bermain di dua kaki meraup simpati masyarakat. Sedangkan "Fadli Zon" sendiri ingin bermain aman dalam berpolitik, bawasannya Cap sebagai pengkritik pemerintah tidak begitu saja luntur.

Sebab jika Fadli Zon ikut sikap partai Gerindra secara terang-terangan mendukung pemerintah Jokowi, bukan saja dirinya akan dibuly oleh public tidak konsisten mengkritik.

Tetapi lebih jauh dari itu, akan menurunkan citranya sebagai politikus, karena sikap yang dapat berubah "sediko dawuh" Fadli Zon pada kekuasaan mengabdi untuk kepentingan partai Gerindra.

Sebagai contoh sendiri dalam omnibus law UU Cipta Kerja. Fadli Zon tidak terang-terangan mendukung. Tetapi secara kritik sendiri lebih lembut ke pemerintah Jokowi. Respon sahnya Omnibus Law UU Cipta Kerja (5/10). Fadli Zon hanya mengingatkan bukan partai yang berpengaruh terhadapt UU cipta kerja melainkan presiden.

Tentu sikap ini bertentangan dengan Rahayu Saraswati keponakan Prabowo Subianto yang juga kinder sekaligus waketum Partai Gerindra yang mendukung disahkannya Omnibus Law UU Cipta Kerja oleh pemerintah Jokowi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun