Setuju atau tidak setuju dengan demonstrasi, nyatanya demostrasi masa masih dilakukan di Indonesia, juga diberbagai negara dunia lain untuk menyampaikan rasa ketidak puasannya terhadap setiap kebijakan pemerintah.
Memang pasca disahkannya omnibus law UU Cipta Kerja (05/10) oleh DPR membuat gelombang demonstrasi ada dimana-mana hampir di seluruh Kota besar di Indonesia.
Tentu demonstrasi pasca disahkannya omnibus law UU Cipta Kerja yang dilakukan oleh buruh, mahasiswa, dan elemen masyarakat.
Tidak lain adalah menjagal sampai gagal omnibus law UU Cipta Kerja tersebut untuk tidak sebagai sebuah kebijakan baru pemerintah.
Maka dengan pro dan kontra demo yang dilakukan, bahkan demo sendiri terus dilakukan baik oleh mahasiswa, buruh, dan elemen masyarakat.
Mentri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyindir kepada masyarakat Indonesia yang masih berdemo dimasa sekarang ini.
Adanya pandemic covid-19, Â perekonomian negara resesi dan santernya isu kesehatan masyarakat dimasa pandemi, dimana tren covid-19 masih meningkat di Indonesia tetapi demo lagi-demo lagi.
Era 4.0 dan Demo
Untuk itu kata Luhut Binsar Pandjaitan dikutip dari detik.com "Indonesia perlu mengejar ketertinggalan, supaya bisa kejar, kita tidak berhenti dan harus kompak menyongsong industri 4.0" Selasa (20/10/20).
"Kita didalam negri membicarakan yang tidak perlu dibicarakan padahal semua berjalan baik, habis energy kita. Birahi-birahi politik yang tidak paham dan tidak jelas. Keadaan susah gini masih demo-demo lagi".
-Luhut Binsar Pandajaitan-
Saat ini menurut luhut Indonesia masih mengalami ketertinggalan untuk adaptasi industri 4.0. jauh jika dibandingkan amerika, jerman, inggris, muupun China.
Untuk itu, mungkinkah sindiran demo dan industri 4.0 Luhut Pandjaitan menyindir mahasisawa yang berdemo tolak omnibus law?
Tetap arah sindiran Luhut Pandjaitan sendiri saya kira mengarah kepada mahasiswa, yang dimana intelektualitas mereka selama belajar di kampus, juga harus mampu bersaing dengan Negara maju lainnya bukan hanya demo-demo melulu.
Bagi Luhut Pandjaitan, mungkin sudah tidak relevan lagi mahasiswa demo. Sebab industri 4.0 Indonesia masih tertinggal jauh dari Negara lain seperti Amerika Serikat dan China.
Apakah benar Demo sudah tidak relevan dengan era kini industri 4.0 seperti yang diungkapkan Luhut Binsar Padjaitan? Saya kira tidak akan ada beda di era mampun termasuk industri 4.0.
Demo adalah ungkapan protes manusia atas kebijakan yang dibuat oleh otoritas. Sedangkan era Industri 4.0 adalah kemajuan jaman tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik.
Istilah Industri 4.0 mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala, komputasi awan, dan komputasi kognitif. Untuk itu Industri 4.0 apakah harus demo digital?
Mungkinkah demo digital dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah atau otoritas? Terkadang yang demo langsung tanpa online atau lewat jalur digital saja tidak semua dapat mengoyahkan kabijakan pemerintah.
Apa lagi demo digital yang hanya pesan di internet yang dapat saja menjadi angin lalu oleh otoritas atau pemerintah. Â Bukankah demo secara fisik saat ini walau Negara tersebut maju industri 4.0, juga tetap ada saja demo fisik?
Saya kira demo dan Industri 4.0 tidak ada relevansinya, kecuali pemerintah peka dengan suara sosial di dunia digital seperti medsos. Karena nantinya tidak demo dijalanan tetapi demo di media social.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H