Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Poyuono Dinamis Tanggapi UU Ciptaker?

8 Oktober 2020   08:08 Diperbarui: 9 Oktober 2020   01:06 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai politikus Partai Gerindra meski sudah tidak menjadi wakil ketua umum di periode 2020-2025 partai tersebut.

Tetapi pesona Arief Poyuono masih populer sebagai politikus yang dinanti pendapatnya mengomentari perihal kebijakan politik yang diambil Pemerintah Jokowi.

Kontroversialnya kiprah politikus Arief Poyuono yang sering berkomentar kontroverisal plus nyinyir terhadap pemerintah jokowi saat Partai Gerindra masih menjadi oposisi membuat kepopulerannya sebagai politikus sering tersorot media.

Apalagi saat pilpres 2019, Arief Poyuono terlibat dalam debat di acara televisi dengan Adian Napitupulu politikus PDIP sungguh itulah hiburan publik yang lebih lucu dari komedian Sule dan Andre dalam membahas politik, saya tidak mengira sebelumnya jika politikus juga bisa mendagel.

Maka dari itu publik terperangah dengan kiprah Arief Poyuono dalam bersilat lidah berdebat, dimana Arief Poyuono sendiri menurut saya adalah politkus yang langka dan patut dijaga betul keberadaanya karena salah satu aset berharga yang dipunyai Partai Gerindra.

Namun sayang kiprahnya di dalam Partai Gerindra harus terhenti saat dirinya sudah tidak menjadi wakil ketua umum Partai Gerindra di masa jabatan 2020-2025.

Mungkin kontroversi Arief Poyuono dalam bersilat lidah sering keblabasan termasuk dugaan menuduh PDIP yang disamakan dengan PKI, itu adalah keselahan silat lidah terbesar selama karirnya di Partai Gerindra sehingga, Arief Poyuono diturunkan dari jabatanya sebagai kader biasa yang sebelumnya wakil ketua umum?

Bijaknya sebagai pribadi tentu Arief Poyuono tetap setia menjadi kader Partai Gerindra meski ia diturunkan menjadi kader biasa tidak menjadi wakil ketua umum di partai berlambang Burung Garuda tersebut.

Lebih bijaknya lagi dan panutan adalah berbaliknya mendukung pemerintah Jokowi dan kini dengan rendah hati mau berkolasi dengam PDIP.

Tentu PDIP yang dulu menjadi kompetitor politik saling menjatuhkan. Kini Arief Poyuono lunak dengan pemerintah Jokowi sejalan dengan cita-cita Partainya Gerindra berkolaisi dengan pemerintah.

Mungkinkah Arief Puyoono mengalami aqil balik yakni sama dengan mengalami kedewasaan politik?

Dimana dirinya sendiri saat dimintai keterangan oleh wartawan pasca dirinya tidak menjabat waketum Partai Gerindra ingin fokus membantu pemerintah walau di luar pemerintah?

Tanggapi UU ciptaker

Satu hal yang mungkin membuat publik merasa bahwa ada lompatan perbubahan yang drastis Arief Poyuono sebagai politikus pasca diberhentikan dari jabatan waketum Partai Gerindra adalah hasratnya yang akan bantu pemerintah Jokowi meski tidak di dalam pemerintahan.

Maka dari itu menanggapi UU Cipta Kerja Arief Poyuono saya nilai dinamis dan umumnya politikus yang membela pemerintah. Tetapi memang benar, mungkin inilah yang dimaksud membantu pemerintah yang sebelumnya di maksud Arief Poyuono saat dirinya didepak sebagai wakatum Partai Gerindra.

Seperti diketahui bahwa Partai Gerindra yang kini bermanuver membela dan berkoalisi dengan dengan pemerintah Jokowi, bukankah secara otomastis sikap partai juga tetap diikuti oleh kader-kadernya termasuk Arief Poyuono yang dulu terkenal frontal untuk melunak?

Dalam menanggpi UU cipta kerja yang saat ini ramai ditentang oleh buruh Arief Poyuono secara dewasa berpolitik mengatakan pada publik;

"Di mana pun yang namanya undang-undang adalah sebuah produk politik. Karena itu apapun hasilnya harus diterima semua pihak, jika merasa tidak puas masih ada jalur konstitusi yang disediakan dalam sistem negara kita yaitu melalui proses judicial review di Mahkamah Konstitusi untuk menguji pasal-pasal dalam UU Ciptaker nanti".

- Arief Poyuono-

Arief Poyuono pun menganggp tidak ada pelanggaran terhadap UUD 1945 dalam penerapan UU Cipta Kerja dikutip Detik.com dalam keterangan tertulis, Senin (5/10/2020).

Selain itu Arief Poyuono juga mengatakan bahwa pengesahan Undang-undang Cipta Kerja oleh Badan Legislasi DPR RI di tengah pandemi covid-19 sebagai kerja keras dari pemerintah, DPR dan seluruh stakeholder adalah yang langkah tepat.

Arief Poyuono juga meyakini bahwa regulasi itu dapat menjadi salah satu solusi dalam percepatan pemulihan ekonomi setelah pandemi covid 19 berakhir.

Berlatar belakang sebagai ketua Umum  Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu Arief Poyuono seharusnya memang membela buruh.

Karena apapun Arief Poyuono adalah ketua umum serikat pekerja (FSP) BUMN Bersatu. Sebab UU cipta kerja tersebut dinilai oleh buruh merugikan sehingga terjadi unjuk rasa diberbagai kota besar di Indonesia.

Apakah langgkah dinamis yang dilakukan Arief Poyuono adalah komitmen dirinya terus membela pemerintah, dimana tidak akan ada kritik keras lagi yang akan keluar dari pendapatnya?

Mungkin ini adalah tanda dimana politikus kini setuju atau tidak setuju dengan suatu kebijakan jika memang  partai yang menjadi gerbongnya dan itu membela pemerintah seperti partai Gerindra kini yang berkoalisi dengan pemerintah, secara otomatis akan di ikuti oleh pendapat politikusnya?

Pembelaan terhadap keputusan pemerintah yang dinamis dilakukan oleh Arief Poyuono, saya kira adalah bijaknya sebagai politikus yang membela pemerintah, dimana politikus selalu taat pada arah partainya membela dan berkolalisi dengan siapa, didalam pemerintahan atau diluar pemerintahan.

Maka dari itu sebagai rakyat yang bijaksana dengan sikpa para politikus, dimana politikus seharusnya membela kepentingan rakyat banyak. Rakyat juga harus menyadari bahwa pembelaan politikus kepada rakyat pun sebatas kepentingan sama seperti mereka membela pemerintah.

Jika tidak ada kepentingannya, saya kira tidak mau orang membela siapapun termasuk politikus membela pemerintah. Tetapi ketika ada kepentingan berbeda, sebut saja seperti pemilu, rakyatlah yang paling dicari meraup suara oleh para politikus.

Fonomena tersebut sudah biasa dalam berpolitik mencari dukungan. Jadi sebagai rakyat jangan takjub dan silau terhadap langkah orang berpolitik kepentingannya adalah keuntungannya, itu adalah kebenarannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun