Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hubungan Orde Baru dan Gatot Nurmantyo

5 Oktober 2020   11:47 Diperbarui: 12 Oktober 2020   15:46 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: teras.id

Memang sulit disangkal jika kekuatan politik tidak ada hubunganya dengan ide-ide politik di masa lalu.

Saya kira semua ide politik yang ada dan terjadi saat ini tetap berakar dari ide politik yang ada di masa lalu.

Siapa pun politikus tersebut dari mana pun latar belakangnya tidak mungkin dapat dilepaskan dari sejarah masa lalu dalam berpolitik.

Apalagi dunia politik mempunyai sejarah panjang, sangat kuat jika dikaitkan dengan berbagai rujukan-rujukan wacana politik masa lalu. Kemana arah berpolitik itu akan dibawa oleh orang-orang yang sedang berpolitik saat ini.

Maka jalannya politik di Indonesia sebenarnya jika mau diruntut, meski banyak sekali jumlah partai politik yang ada baru dan terlihat segar.

Namun kekuatan elite dan ide kekuasaan politik di Indonesia terpusat pada dua kekuatan ideologi dan kelompok yakni Orde Lama dan Orde Baru.

Antara tokoh Soekarno dan tokoh Soeharto yang masih melekat sebagai sosok kuat bagaimana Negara tersentral kuat pengaruhnya pada ideology dan tata kepentingan kekuasaan  dirasakan politikus saat ini.

Maka tidak akan jauh semua pertarungan politik tetap ditukangi oleh ide-ide dari kedua rezim yang pernah berkuasa dimasa lalu tersebut untuk saling berebut kekuasaan dan kepentingan politik di Indonesia kini.

Pertanyaan yang kini yang mungkin banyak orang pertanyakan kepada Gatot Nurmantyo yang saat ini massif dalam gerakan politik, kemanakah arah dari politik Gatot Nurmantyo tersebut?

Apakah ada hubungan Gatot Nurmantyo dengan kekuasaan orde baru yang saat ini juga kekuatan dan kelompoknya masih menginginkan untuk berkuasa, sama dengan kekuatan-kekuatan orde lama yang kini memegang kekuasaan lewat PDIP dan Jokowi?

Tetap siapa pun dalam arah politiknya sendiri, semua mengerucut pada politik masa lalu yang tetap digulirkan oleh elite politik sebagai bahan untuk meraup simpatisan politik berdasarkan sejarah politik.

Soeharto sendiri sama seperti Soekarno yang memiliki basis simpatisan dari masa lalu. Maka kini diantara keduannya sedang digodog dalam membuat regenerasi simpatisan itu oleh elite politik.

Saya kira mengapa di satu sisi ada elite-elite politik yang ngotot propaganda orde baru melalui film G30S/PKI, yang menjadi ciri dari heroiknya orde baru itu terus ditonjolkan tentu adalah kepentingan politik meninggikan kembali orde baru.

Bukankah tetap ada maksud untuk memperkenalkan orde baru dalam kebesaran sejarah politik yang ada di Indonesia kepada generasi penerus bangsa supaya terus tumbuh simpatisan baru?

Begitu pula dengan yang kontra orde baru yakni orde lama. Ada motif dalam pelurusan-pelurusan sejarah masa lalu yang menurut mereka "pro orde lama" benar sebagai pelajaran sejarah bangsa Indonesia.

Dalam hal ini bahwa yang bersalah dalam peristiwa G30S, dimana konflik tersebut akar dari perseteruan politik sesama anak bangsa adalah pemerintahan orde baru yang harus bertanggung jawab dalam pecahnya peristiwa tragedi kemanusiaan G30S.

Saat ini dimana elite politik sebagai generasi pertama sejak peristiwa G30S, tentu masih sangat terasa konfliknya sehingga masing-masing kubu mengkekehkan untuk mengakui bahwa diri masing-masing kelompok yang benar dalam tragedy kemanusiaan G30S.

Maka upaya Negara untuk saling memaafkan "rekonsiliasi" dalam tragedi G30S mengalami titik sulit. Dimana symposium 65 yang digelar 2016 lalu oleh pemerintah Jokowi melibatkan korban G30S yakni keluarga korban simpatisan dan anggota PKI, serta akademisi mengulik kembali peristiwa G30S untuk meluruskan sejarah mengalami pembahasan yang buntu.

Disisi lain juga ada tandingan symposium 65 yang digelar oleh kubu pro orde baru, dimana kalangan ormas islam dan purnawiran TNI saat itu juga melakukan tandingan symposium 65 dengan argument kelompok tersebut yang benar, kelompok symposium sebelah salah.

Bukankah dengan segala pertentangan tersebut masing-masing kubu tidak mau untuk sama-sama mengakui kesalahan dan rekonsiliasi untuk kemajuan kemanusiaan bangsa Indonesia kedepan?

Inilah yang saya sebut bagaimana generasi pertama dari orde lama dan orde baru saat ini begitu kental mewarnai percaturan elite politik yang ada di Indonesia dalam gerakan politiknya yang mambuat satu sama lain sebagai lawan ideologis.

Tentu dalam berpolitiknya masing-masing ingin mempertahankan konflik-konflik kepentingan mereka termasuk dalam kepentingan ekonomi, kekuasaan, serta kepentingan dosa-dosa masa lalu generasi diatas mereka.

Maka kemana arah politik saat ini mudah sekali untuk ditebak, siapa-siapa yang berpolitik memainkan isu PKI sebagai julan politiknya tentu adalah orang-orang orde baru. Begitu juga dengan yang mungkin kontra dengan narasi PKI sebagai jualan politik sudah pasti condong kepada orde lama.

Namun dengan gerakan politik Gatot Nurmantyo sendiri saat ini yang condong memainkan isu PKI sebagai julan politiknya. Jelas Gatot Nurmantyo adalah bagian dari anak-anak ideology orde baru.

Ditambah latar belakang dirinya seorang militer khususnya Purnawirawan TNI. Begitupun arah politiknya juga menyasar oramas islam. Tentu dia adalah bagian dari generasi pertama orang-orang orde baru yang ingin kembali merebut kekuasaan dari orang-orang pro orde lama yang saat ini memegang kekuasaan.

Bukan tidak mungkin Gatot Nurmantyo yang saat ini namanya sedang popular potensial capres 2024 adalah bagian dari suksesor kelompok besar politik Indonesia yakni generasi orde baru untuk kembali berkuasa di proyek kekuasaan politik Indonesia 2024.  

Sebab saat ini politik Indonesia masih terkukung pada kedua rezim tersebut yakni orde lama dan orde baru, yang dinilai masih melekat dengan kehidupan ideologis politikus dan masyarakat Indonesia untuk saling berebut kekuasaan politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun