Dimana mentalitas memilih anak dari politik masih kuat mengakar pemilih di Indoenesia. Seperti kita tahu Gibran adalah nak jokowi yang saat ini menjabat presiden.
Maka dengan perhitungan Jokowi dipilih oleh lebih dari setengah rakyat Indonesia di tahun 2014 dan 2019. Karena alasan pemilih tradisional di Indonesia kuat.
Bukan tidak mungkin 75 % dari pemilih Jokowi memilih Gibran Rakabuming sebagai penggantinya nanti sebagai calon presiden 2024 sangat mungkin dipilih pendukung jokowi, jika Gibran Rakabuming di Calonkan capres di 2024.
Bukankah dalam demokrasi sendiri memilih pasangan calon termasuk presiden karena cinta? Masih mungkinnya cinta pendukung Jokowi dapat berpaling ke Gibran anak Jokowi tersebut untuk dijadikan seorang presiden, jika memang Gibran ikut dalam kontestasi politik pilpres 2024?
Sebagai perbandingan bukankah Megawati Soekarno Putri di pilih menjadi presiden bukan dari suara rakyat tetapi suara MPR kala itu?
Untuk itu Puan Maharani tidak punya pemilih tradisional yang diwarisakan dari orang tuanya Megawati dulu terkecuali kader partai. Berbeda dengan Gibran yang punya kekuatan politik selaian kader partai PDIP, juga mempunyai relawan yang pro Jokowi di luar partai?
Ditambah Puan Maharani sebagai seorang politikus di nilai public kurang menjajikan. Apalagi baru-baru ini tersandung ucapan provinsi pancasila di Sumatra Barat.
Sebuah diksi untuk mendorong masyarakat Sumatra Barat mendukung PDIP dalam Pilkada 2020 yang mendapat respon negative dari publik.
Atau dengan Ganjar Pranowo sendiri. Â Ganjar dapat menjadi Gubernur karena Jawa Tengah karena provinsi berlebel kandang Banteng.
Belum tentu sebagai Capres 2024 dipilih pemilih secara luas karena belum memiliki basis pendukung Gibran yang kemungkinan dapat di dukung relawan Jokowi. Untuk itu Ganjar dapat juga kalah popularitasnya dengan Gibran karena faktor figure Jokowi.
Memang dilihat dari segi manapun Gibran sudah pasti potensial dijadikan capres dari PDIP 2024 faktor anak dari Jokowi, figure capres yang dipilih setengah lebih penduduk Indonesia 2014 dan 2019 lalu, yang mengantarkan Jokowi menjadi presiden dua periode.