Memang menjadi catatan untuk diri saya sendiri, dimana kejengahan pada sejarah G30S yang berlarut dan digunakan sebagai bahan citra politik oleh segelintir orang benar-benar telah membuat bosan.
Mengapa bulan September  selalu dijadikan sebagai momentum mengorek kembali sejarah yang penuh dengan kebencian itu selalu muncul?
Tentu saja adalah warisan dari orde baru dimana Film Penghianatan G30S/PKI selalu diputar setiap 30 September di stasiun televise nasional pada saat pemerintahan orde baru berkuasa.
Sebagai generasi muda, saya memang sudah tidak mau berurusan dengan politik kekejaman seperti itu di dalam peristiwa G30S yang sangat mendegradasi kemanusiaan hanya karena dalih kekuasaan.
Maka saya tidak mau membela kedua atau ketiga kelompok yang berseteru dalam peristiwa G 30 S. Meski dalam pelajaran sejarah dan berbagai literature pernah saya baca menjadikan saya tahu dan paham latar belakang pelaku dalam peristiwa itu.
"G30S atau popular disebut G30S/ PKI adalah peristiwa politik yang kompleks melibatkan banyak orang, banyak golongan, dan sentiment kekuasaan politik saat itu di tahun 1965",
Jika kita mau bicara siapa yang salah dalam peristiwa G 30 S, semua yang terlibat salah. Sebab dalam seteru tersebut korban-korban yang tidak bersalah tanpa diadili, bahkan dibantai tanpa tahu apa salah mereka, menjadi luka yang tidak dapat dihapus oleh mereka yang menjadi korban peristiwa G30S.
Maka sebagai perbandingan film "Penghiantan G30S/PKI" yang tayang setiap 30 sepetember dimasa orde baru. Kita sebagai generasi muda juga harus menonton film "Sang Penari" karangan film yang diadopsi dari karya sastrawan Banyumas Ahmad Tohari.
Dimana dalam film itu diceritakan warga desa disekitar wilayah Banyumas saat itu yang tidak tahu apa-apa dituduh sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).
Film lain yang relevan sebagai pengetahuan G 30 S adalah film "Gie" yang dibintangi Nicholas Saputra. Film ini menceritakan gerakan mahasiswa pasca dan pra 1965 dimana dapat dengan gamblang juga membaca G30S.
Dalam narasi kedua film tersebut banyak dari mereka masyarakat  yang tidak tahu apa-apa disalahkan dan di jebloskan ke penjara. Tidak sedikit juga dibatai secara keji tanpa proses pengadilan.
Mungkin lebih jelasnya, Anda tonton  film tersebut sebagai pengetahuan sejarah. Supaya kita generasi muda tidak termakan narasi-narasi G30S dari satu sisi referensi sejarah saja. Dimana di Indonesia santer sekali untuk kepentingan simpati politik di bulan-bulan September ini karena G30S sangat santer dengan isu Sara untuk kepentingan politik pda masa itu.
Dalam peristiwa G30S, saya kira dapat terjadi disebabkan oleh kebiadaban orang orang-orang gila kekuasaan politik. Sampai akhirnya membuat banjir darah pembunuhan terjadi dimana-mana dari daerah Jawa Tengah, Bali, dan hampir diseluruh Indonesia yang dianggap sebagai anggota PKI dan simpatisan PKI atau organisasi yang berafiliasi dengan PKI.
Untuk ini sebagai sebuah isu kronik sejarah  G30S, dimana disana termuat isu golongan politik, agama, dan bahakan ras. Menjadi topok yang relevan politikus saat ini mengukir kembali peristiwa itu untuk kepentingan-kepentingan simpati politik karena pembahasan tentang sara belum berhenti dan masih subur di indonesia.
Maka apa yang dilakukan pleh Gatot Nurmantyo ex jendral TNI yang telah purna dalam gerakan poltiknya kini dengan kabar bahwa dirinya santer di kabarkan akan Nyapres 2024. Â
Tidak lain dirinya menggunakan isu  G30S/PKI sebagai citra politik dan dapat tranding di media social melalui narasi Film G30S/PKI menaikan pamor dirinya di September tahun ini 2020.
Selain itu ex panglima TNI Jendral (Purn) juga berbicara ke public  soal dirinya perintah menonton film pengkhianatan G30S/PKI beberapa tahun silam ke jajarannya. Dan perintah ini dikaitkan dengan cerita pergantiannya dari jabatan panglima TNI di tahun 2017, disebabkan kuat oleh arahannya untuk menonton G30S/PKI.
Dengan narasi itu dimana perintah Gatot Nurmatyo menonton Film G30S/PKI membuat dirinya diganti, mungkinkah peristiwa G30S/PKI yang difilmkan masih memiliki tuah dalam mempengaruhi keputusan politik Indonesia saat ini? Â
Terkait benar atau tidaknya kaangan film Penghianatan G30S/PKI tersebut. Bukankah disana merupakan suatu tragedi kemanusian yang kejam dan tidak layak di tonton, dimana dapat mengorek luka lama korban-korban dari peristiwa G30S itu sendiri yang tidak berdosa?
Sebagai generasi muda yang tidak hidup pada saat terjadi peristiwa G30S dan kini semakin banyaknya referesi pengetahuan tentang G30S. Dimana semua kejadian itu gambling dan siapa-siapa pihak yang terlibat dalam peristiwa itu salah dalam berbagai perspektif sejarahnya.
Mungkinkan tidak menjadi pertanyaan sendiri, pernyataan dari Gatot Nurmantyo tersebut di ganti karena perintah menonton Film G30S/PKI yang diungkapkan kini ada indikasi merupakan langkah citra politik Gatot Nurmantyo, yang santer dikaitkan akan nyapres 2024 mendatang dengan menggunakan isu G30S/PKI sebagai citra politiknya nyapres 2024?
Gatot Nurmantyo dimana gerakan politiknya setelah dirinya purna dari jendral TNI yang massif melakukan gerakan poltik, memang menjadi capres potensial 2024. Banyak pihak menilai KAMI atau Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia juga digadang-gadang sebagai kendaraan politiknya.
 Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H