Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tirta, Farhat Abas, dan Jalan Popularitas Nyapres

21 September 2020   08:57 Diperbarui: 22 September 2020   22:31 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya kira akan seperti Farhat Abas yang waktu itu di pilpres 2014 sedang ada dalam masa puncak karirnya sebagai pengacara kondang.

Tidak lain Farhat Abas nyapres hanya untuk popularitas saja, asal nyapres menjadi pembicaraan public, namanya terkenal menaikan pamor bisnisnya sebagai pengacara.

Benar mungkin apa yang di ungkapkan Dr. Tirta yang sedang menjadi buah bibir ikut-ikutan nyapres 2024.

Ini negara demokrasi dimana rakyatnya bebas dipilih dan memilih siapapun, asalkan dia kompeten dan menyalonkan diri sebagai presiden.

Maka Giring, Farhat Abas, dan Dr. Tirta adalah fenomena politik yang sekitika dapat membuat tenar melalui media sosial, yang kini semakin mudah terakses oleh berjuta-juta orang.

Yang penting pasang muka tembok dan jangan malu membuat kontroversi publik. Niscaya sebagai public figure Anda lebih tenar.

Karena itu akan jadi sensasi yang menguntungkan. Setidaknya yang bersangkutan lebih dikenal oleh masyarakat seperti Dr. Tirta saat ini yang menjadi perbicangan public dunia maya.

Entah apapun itu namanya, satire dan segala apa jenisnya. Secara tidak langsung siapapun yang mendeklarasikan diri menjadi calin presiden 2024, siap-siap oleh di hujat publik.

Termasuk Dr. Tirta juga tidak lepas jadi bulan-bulanan netizen adalah pasti. Mengingat dirinya ikut-ikutan stres lalu menyelsaikan solusinya nyapres 2024. Mungkin Dr. Tirta narasinya seperti Farhat Abas dulu di tahun pilpres 2014?

Setelah deklarasi nyapres dan terpampang baliho. Saat itu menjadi bulan-bulanan publik juga, menjadi capres popular di twiter, akhirnya karir sebagai pengacara itu tidak kondang lagi, jarang tampil di televisi dan Farhat Abas kian tenggelam?

Mungkinkah ini cara Dr. Tirta yang sama seperti Farhat Abas menenggelamkan dirinya di balik muka tembok dan resiko bulan-bulanan public setelah ia menginginkan tenar di jagad public mencalonkan presiden?

Meski dalam kesempatan berbicara di media konvensiaonal Dr. Tirta hanya bersatire. Tetapi satire tersebut tidak akan main-main jadi bulan-bulanan public. Karena Dr. Tirta sudah menjadi tokoh publik.

Apapun tujuan Dr. Tirta nyapres 2024 jika ia punya kendaraan politik dan orang-orang yang terlibih dahulu bercitra sedang membangun kekuatan politik itu rela panggungnya direbut Dr. Tirta sebagai capres 2024, silahkan ini adalah demokrasi yang membebaskan siapapun berpolitik termasuk menyalonkan diri sebagai presiden.

Dibeberapa media konvensional menyebut Dr. Tirta nyapres 2024 karena kecewa dengan tetap di langsungkannya kampanye politik pilkada 2020 oleh KPU menggunakan panggung musik.

Sebab dalam kampanye pilkada 2020 tersebut Dr. Tirta menyebut akan menjadi cluster baru virus corona. Karena tidak mungkin kampanye dengan musik tidak akan membuat ramai simpatisan politik.

Oleh sebab itu dirinya menggunakan istilah nyapres 2024 merespon pilkada 2020 yang romannya akan tetap dilakukan kampanye politik belum menyusulnya undang-undang pilkada ditengah pandemic corona.

Mungkinkah nyapres Dr. Tirta untuk meredam stres tangani corona sebagai dokter atau jiwa orang-orang yang terpanggil untuk kesehatan masyarakat? Seperti Giring Nidji nyapres 2024, stres karena tidak lolos menjadi anggota legeslatif di pileg 2019?

Tentang dalih apapun, nyapres bagi tokoh publik yang tidak kaliber di kancah perpolitikan mungkin akan jadi bulan-bulanan public itu nyata. Sebab yang berkiprah di politik seperti Giring Nidji nyapres saja jadi bulan-bulanan netizen.

Karena saat ini menjadi pejabat dan tokoh publik harus mampu dengan cibiran publik. Tentu kemudahan media menjadi sebab cibiran itu akan dilayangkan siapapun yang dianggap nyeleneh termasuk murah ungkapan nyapres 2024.

Saya sendiri berprasangaka tukang becak kalau nyapres 2024 juga boleh, apa lagi dokter, tetapi pembicaraan publik tetap lebih hangat jika ia politikus, karena politik sudah menjadi dunianya dan mungkin jika nyapres ada kendaraannya.

Membayangkan bagaimana Areif Poyuono yang melemparkan isu nyapres 2024, mungkin itu tidak akan menjadi pertanyaan public. Sebab dia adalah politikus wajar jika mencalonkan sebagai presiden, sama dengan Giring Nidji.

Tetapi diluar itu dengan ucapan Dr. Tirta bahwa: dari deklarasi pribadinya sendiri. Dia ingin nyapres supaya tidak stres tangani corona sebagai deokter atau orang-orang yang peduli kesahatan, mungkinkah?

Nyapres Dr. Tirta sebagai cara merespon suatu kehendak.yang akan diciptakan kekuasaan politik tidak melihat situasi kesehatan dan ekonomi yang ambyar akibat corona memaksakan kampanye pilkada?

Tidak lebih Dr. Tirta hanya merespon pilkada 2020 sebagai biang klaster baru virus corono jika kekuasaan politik seperti KPU tetap mengijinkan kampanye dengan konser musik.

Tetapi terkadang yang janggal, Dr. Tirta pun jika ada kesempatan dan Tuhan kasih jalan dia tetap maju jadi Capres selagi ada kesempatan.

Dilain sisi dalam kondisi apapun saya kira dengan ungkapan mumpung ada kesempatan. Dunia hingar-bingar politik juga menciptakan narasi ngarep, bukan hanya dalam romansa anak muda yang ngarep jadi pacar gebetannya.

Mungkinakah dengan pernyataan itu Dr. Tirta benar-benar akan ngarep jadi presiden 2024? Samapi ada narasi di banyak media akan mengajak Jerinx drumer SID untuk nyapres 2024?

Terkadang saya berpikir ini fenomena janggal apa lagi, dimana Jerinx dipenjarakan juga oleh IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dimana Dr. Tirta adalah seorang dokter .

Bukankah janggal jika Dr. Tirta ajak Jerinx nyapres 2024 saat kasus hukumnya saja belum selsai terkait pasal karet, yang IDI laporkan karena cuitan jerinx menyebut IDI kacung WHO?

Jika tidak mau janggal dan menjadi komedi omong, langkah pertama memuluskan Jerinx untuk ikut nyapres 2024 dengannya adalah  Dr. Tirta harus mampu mencabut laporan IDI memenjarakan Jerinx supaya dia bebas bisa berkampanye denggan Dr. Tirta.

Yang kedua adalah mulai kampanye dengan Jerinx seperti Gatot Nurmantyo deklarasi kendaraan politiknya yakni KAMI meski belum menjadi partai politik.

Yang ketiga adalah bikin spanduk besar Dr. Tirta nyapres 2024 di 33 provinsi di seluruh Indonesia, meyakinkan banyak orang bahwa nyapres adalah serius bukan stres dengan beban hidup.

Supaya ramai-ramai nyapres tidak hanya dijadikan komedi omong, yang menjadi perbincangan publik tidak jelas juntrungannya. Mencari sensasi yang penting dikenal tanpa malu jadi bulan-bulanan publik.

Jadi jika Dr. Tirta melakukan ketiga langkah itu, tidak salah dalam demokrasi saya juga mendukungnya. Tetapi jika hanya komedi omong, publik akan terus-terus mecibirnya sebagai fenomena ramai-ramai setres akibat corona kemudian nyapres 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun