Nyapres Dr. Tirta sebagai cara merespon suatu kehendak.yang akan diciptakan kekuasaan politik tidak melihat situasi kesehatan dan ekonomi yang ambyar akibat corona memaksakan kampanye pilkada?
Tidak lebih Dr. Tirta hanya merespon pilkada 2020 sebagai biang klaster baru virus corono jika kekuasaan politik seperti KPU tetap mengijinkan kampanye dengan konser musik.
Tetapi terkadang yang janggal, Dr. Tirta pun jika ada kesempatan dan Tuhan kasih jalan dia tetap maju jadi Capres selagi ada kesempatan.
Dilain sisi dalam kondisi apapun saya kira dengan ungkapan mumpung ada kesempatan. Dunia hingar-bingar politik juga menciptakan narasi ngarep, bukan hanya dalam romansa anak muda yang ngarep jadi pacar gebetannya.
Mungkinakah dengan pernyataan itu Dr. Tirta benar-benar akan ngarep jadi presiden 2024? Samapi ada narasi di banyak media akan mengajak Jerinx drumer SID untuk nyapres 2024?
Terkadang saya berpikir ini fenomena janggal apa lagi, dimana Jerinx dipenjarakan juga oleh IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dimana Dr. Tirta adalah seorang dokter .
Bukankah janggal jika Dr. Tirta ajak Jerinx nyapres 2024 saat kasus hukumnya saja belum selsai terkait pasal karet, yang IDI laporkan karena cuitan jerinx menyebut IDI kacung WHO?
Jika tidak mau janggal dan menjadi komedi omong, langkah pertama memuluskan Jerinx untuk ikut nyapres 2024 dengannya adalah  Dr. Tirta harus mampu mencabut laporan IDI memenjarakan Jerinx supaya dia bebas bisa berkampanye denggan Dr. Tirta.
Yang kedua adalah mulai kampanye dengan Jerinx seperti Gatot Nurmantyo deklarasi kendaraan politiknya yakni KAMI meski belum menjadi partai politik.
Yang ketiga adalah bikin spanduk besar Dr. Tirta nyapres 2024 di 33 provinsi di seluruh Indonesia, meyakinkan banyak orang bahwa nyapres adalah serius bukan stres dengan beban hidup.
Supaya ramai-ramai nyapres tidak hanya dijadikan komedi omong, yang menjadi perbincangan publik tidak jelas juntrungannya. Mencari sensasi yang penting dikenal tanpa malu jadi bulan-bulanan publik.