Lahirnya Partai Gelora atau Gelombang Rakyat yang dimotori oleh elite ex PKS sebenarnya menjadi pertanyaan masyarakat menyusul berbondong-bondong partai politik pasca pilpres 2019 merapat ke pemerintahan Jokowi.
Gerindra dan PAN misalnya yang dulu adalah partai menantang jokowi di pilpres 2019 kemudian bermanufer setelah Jokowi terpilih dan menjabat sebagai presiden berbalik mendukungnya ikut dalam pemerintahan.
Begitu juga dengan Prabowo Subianto yang merapat ke pemerintahan Jokowi dan di posisikan sebagai mentri pertahanan.
Demi sebuah kepentingan dengan pemegang kekuasaan, partai politik berbondong-bondang menyebrang.
Mengapa dengan Partai Gelora sendiri menjadi pertanyaan public adalah peran Fahri Hamzah yang vocal mengkritik pemerintahan Jokowi. Apakah nantinya Partai Gelora yang di dalamnya ada Fahri Hamzah dan banyak ex elite PKS akan menjadi oposisi di luar pemerintah?
Sebab banyak partai sendiri yang dahulu partai koalisi manantang Jokowi di pilpres 2019 berbondong-bondong merapat ke Jokowi. Hanya PKS (Partai Keadilan Sejahtera) yang sampai saat ini masih konsisten menjadi partai oposisi.
Maka dari itu dengan adanya Partai Gelora yang dibentuk oleh mantan elite PKS yakni Anis Mata dan Fahri Hamzah, persepsi masyarakat akan menjadi oposisi diluar pemerintah.
Namun nyatanya partai baru Fahri Hamzah tersebut akhirnya terkesan akan bergabung dengan pemerintah karena di pilkada 2020 dengan langkah mendukung anak dan mantu Jokowi.
Mungkinkah langkah mendukung anak dan mantu Jokowi tersebut sinyal kuat Partai Gelora masuk dalam pemerintahan jokowi? Dimana para petinggi Partai Gelora juga sempat melakukan pertemuan dengan Jokowi di Istana Kepresidenan pada Juli lalu?
Bergabung pilihan terbaik
Menjawab kepentingan partai dan keberlangsungan partai politik itu sendiri nyatanya pilihan terbaik adalah masuk dalam koalisi pemerintahan yang punya kekuatan besar.Tentu Partai Gelora sebagai partai baru mencari aman dengan turut bergabung dengan pemerintahan.