Tidak Percaya Pelakunya Gangguan Jiwa
Senada dengan Mafud MD Menkopolhukam. Syeh Ali Jaber juga tidak percaya bahwa kasus penusukan yang menimpa dirinya dilakukan oleh orang yang mengidap penyakit jiwa. Untuk itu sikap Ali Jaber meminta pihak kepolisian agar tenang untuk segera bisa mengungkap kasus penyerangan terhadap dirinya. Â
Kepada wartawan Ali Jaber mengungkapkan ketidak percayaan dirinya bahwa pelaku penusukan terhadapnya mengalami gangguan jiwa. Sebab dia sangat berani dan terlatih menusuknya. Ali jabber juga meyakini bahwa pelaku yang menyerang dirinya sudah terorganisir.
Ali Jaber pun menerangkan kronologi kejadian jika dirinya tidak reflek cepat, dirinya yakin bahwa pisau yang di hujamkan kepada dirinya oleh pelaku, pasti tepat mengenai lehernya.
Menjadi pertanyaan kita bersama sembari menunggu pihak kepolisian memecahkan kasus penusukan ini. Sebab pasca kejadian pelaku AA (24) dapat ditangkap oleh jamaah yang sedang mendengarkan ceramah Ali Jaber.
Jika pelaku tidak gila dan bukan bagian dari organisasi radikal yang benar memang ingin mencelakan Ali Jaber apapun preferensi bentuk sentimenya termasuk "Sara".
Mungkinkah dirinya adalah seorang yang sentiment anti kardun, yang banyak mewarnai istilah untuk orang-orang yang anti kearab-araban dimedia sosial? Ditambah Ali Jaber sendiri berasal dari Arab Saudi?
Memang sudah menjadi budaya digital sendiri saat ini, dimana kebudayaan baru itu berasal dari ideologi yang saling mempengaruhi di media sosial. Adanya kata Kampret, Cebong dan Karduan adalah bukti dimana sentiment-sentimen identitas begitu melekat sebagai budaya digital baru khusunya di media sosial.
Ditambah AA (24) sendiri tergolong masih muda dan potensi terpengaruh ideologi radikal itu mungkin saja dapat masuk kepada dirinya. Dengan catatan jika memang ia tidak mengidap penyakit gangguan jiwa dan bukan bagian organisasi terlatih seperti apa yang diungkapakan oleh Ali Jaber.
Saya kira sebelum polisi benar-benar meyakinkan motif dari pelaku penusukan Ali Jaber tersebut tetap akan menjadi pertanyaan public. Mungkinkah jika memang dirinya "pelaku" gila dan tidak ada istilah sentiment terhadap Ali Jabber apapun preferensinya, pelaku benar-benar akan melakukan penusukan tersebut?
Atau mungkinkah pelaku penusukan adalah pemuda yang frustasi memandang hidup, stress akibat tekanan-tekana hidup yang ada dilingkungan sekitar dan keluarganya? Sehingga nekat berbuat brutal?