"Secara kebudayaan standart kebaikan perempuan ada pada penampilannya yang harus ditutupi. Itu sudah umum menjadi tafsir masyarakat Indonesia dalam memandang perempuan. Mau tidak mau itu sudah menjadi penilaian publik".
Saya kira narasi memviralkan paha Saraswati Rahayu sendiri adalah dalih bawasannya calon pejabat public tidak boleh berpakaian terbuka.
Menanggapi cuitan : 'Paha Calon Wawalikota Tangsel Mulus' tersebut memang Rahayu Saraswati mempertimbangkan kemungkinan melaporkan elite Partai Demokrat tersebut ke polisi. Tetapi menurut saya kira tidak perlu dan hanya buang-buang waktu mengurusi hal receh.
Sebab publik sendiri mampu menilai. Bawasannya apa yang dilakukan oleh Cipta Panca Laksana elite Partai Demokrat itu cuit "pupu mulus" adalah hal konyol. Disinyalir ingin menjatuhkan martabat kompititor politik dengan narasi basi dan sangat liar mencerminkan rendahnya moralitasnya sendiri.
Tentu dalam menyoroti "paha mulus" menyampaikan berita itu kepada masyarakat jelas ada kepentingan menjatuhkan lawan politik dalam hal ini Saraswati Rahayu di pilkada 2020 Tanggerang selatan.
Sebagi bentuk kedewasaan berpolitik sikap Rahayu Saraswati sudah benar. Rahayu Saraswati meyakini pilihan pakaian olahraga adalah hak seseorang. Seharusnya dengan hak tersebut tidak berujung pada pelecehan maupun diskriminasi.
Rahayu Saraswati yang saat ini sedang menggalang dukungan di pilkada 2020Tanggerang Selatan juga menyampaikan dan berharap seseorang tidak dinilai berdasarkan penampilannya semata. Karena aklhak seseorang tidak selayaknya dinilai berdasarkan cara seseorang tampil.
Seperti diketahui, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo adalah keponakan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Rahayu Saraswati maju di Pilkada Tangsel 2020 sebagai calon wakil walikota mendampingi Muhammad.
Pasangan Muhamad-Rahayu Saraswati diusung oleh PDI-Perjuangan, Gerindra, PAN, Hanura, NasDem, PSI, Perindo dan Garuda.
Menurut saya alangkah lebih baiknya Rahayu Saraswati tidak memperpanjang masalah ini. Karena dengan tidak memperpanjang, ia akan mendapat simpati publik itu pasti.
Bawasannya Kompetitor politiknya sendiri lah yang terdegradasi moralitasnya dengan berkicau di twiter seperti itu. Khilaf sampai-sampai menyerang bagian tubuh kompetitor politik. Dalam penilaian pandangan public, siapa pun tidak membenarkan  Cipta Panca Laksana dengan ciuitan  di twiternya tersebut.