Dengan PAN yang gagal dalam lompatan tradisi trah warisan partai politik. Saat ini PAN sedang mengalami imbas dari kegagalan tersebut. PAN kini berada di ambang konflik internal partai tidak dapat ditampik.
Dimana warisan partai PAN yang dilimpahkan pada besannya sendiri Zulkifli Hasan sebagai ketua umum sedang digugat Amin Rais selaku pendiri partai PAN. Untuk itu dirinya memecah belah kekuatan PAN menjadi dua yakni wacana akan mendirikan partai baru yaitu PAN Reformasi. Nama itu diambil agar seperti dirinya "Amien Rais" menyebut bahwa ia adalah tokoh reformasi Indonesia .
Berkaca dari PAN, PDIP juga harus sadar pelajaran dari konflik internal partai itu tentang hak waris. Ketika yang merasa pendiri partai PAN secara sah mbalelo tidak puas dengan ketua umum partainya yang nota bane besannya sendiri.
Karena pada akhirnya kepemimpinan partai pada saatnya juga akan jatuh pada Mumtaz Rais selaku mantu Zulkifly Hasan anak Amien Rais. Tetapi mengapa PAN diperkarakan Amien Rais? Itulah pertanyaan besar, apakah Amien Rais ingin berkuasa lagi di PAN?
Dengan wacana membuat partai PAN reformasi sudah pasti kekuatan partai akan di pecah belah. Bukankah PAN saat ini ada indikasi di pecah belah oleh pendirinya sendiri? Dimana alasan yang di pakai adalah reformasi PAN? Karena ketua umum PAN saat ini keluar jalur dari kemauan pendirinya yakni Amien Rais?
Harus diakui PAN yang saat ini tidak langsung di pegang oleh ahli waris partai ke anaknya langsung membuat konflik itu sendiri di tubuh PAN. Berbeda dengan partai Demokrat yang adem ayem kepemimpinan langsung di tangan anak SBY yakni AHY.
Padahal nantinya karena kepemimpinan PAN dipegang besan Amien Rais. Dimana kepemimpinan PAN dikuasai oleh mertua anak Amien Rais, pasti nantinya diwariskan menantunya yakni Mumtaz Rais.
Tetapi nyatanya pemilik PAN dengan Ketua umum yang adalah orang lain meski besannya sendiri, saat ini diambang bubar karena konflik kepentingan kekuasaan.
Saya kira nantinya ketika ketua umum PDIP bukan trah Megawati langsung, kepemimpinan dikuasai orang lain. Narasinya pasti akan sama, menggugat jika kepemimpinan partai tersebut bergeraknya tidak sesuai pemilik. Terancam akan di gembosi kekuatannya dari dalam seperti PAN.
Sudah pasti PDIP terancam bubar, nantinya ada PDIP Reformasi seperti PAN Reformasi. Bukankah PDIP punya sejarah yang sama dengan PDI dulu era Soejardi? Tetapi kasus Soejardi murni adalah politisir dari pemerintah orde baru, bukankah kini pemerintah tidak ikut dalam obok-obok internal partai politik?
"Konfik kepentingan Partai politik saat ini adalah kepentingan pribadi, bukan upaya gerakan politik pemerintah menggembosi partai politik. Berbeda ketika orde baru yang hanya ada tiga kekuatan partai politik".