Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Amien Rais: Semakin Tua Tidak Diterima dan Hancur Wibawanya

3 September 2020   08:38 Diperbarui: 3 September 2020   18:36 4749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: suaraislam.co

Ibarat seorang sesepuh dengan kebijaksanaan dalam memaknai hidup yang dibagikan sebagai pengalaman kepada generasi penerus.

Seharusnya Amien Rais dengan kemasyuran kiprah politiknya sudah ada pada tahap tersebut. Menjadi seorang pembawa pelita cahaya untuk pembelajaran hiruk pikuk politik kepada generasi muda Indonesia".

Karena sebagai politikus veteran Amien Rais "mengutip" bahasa agama yakni harus ada upaya untuk moksa. Dalam politik sendiri istilahnya "moksa" politik berarti mengasingkan diri dari hingar-bingar politik memberi kesempatan pada yang lain. Memberi petuah-petuah kebijaksanaan politik seperti umumnya sebagai seorang kesepuhan.

"Karena dalam bayang diri seorang kesepuhan adalah seorang dituakan dalam berpikir, bertindak, dan mampu mengayomi generasi dibawahnya".

Sesekali dalam upaya moksa tersebut ketika dunia perpolitikan genting, ia turut bersuara memberikan wejangan yang mencerahkan bukan mengeruhkan suasana. Disanalah seharusnya simbah Amien Rais berada.

Itupun tidak langsung turut terjun langsung, hanya sebatas titah-titah kebijaksaan orang-orang yang sudah mengalami asam garamnya kehidupan memberi pengetahuan.

Bahwa sesuatu pasti ada kekurangan termasuk hidup manusia. Dan ketika kekurangan-kekurangan kita tidak disadari disitulah sisi-sisi yang akan menjadi kekurangan manusia dimana pun bidang yang sedang digelutinya.

Dalam bab konteks Amien Rais sendiri dikehidupannya yakni kehidupan politik. Sebab dalam berapa jaman ia lalui di kancah dunia perpolitikan Indonesia. Baik hitam maupun putih dalam kisahnya, ia sendiri pasti mengalaminya.

Perseteruan politik yang tidak berujung, kompetisi yang terkadang menghilangkan moral, serta buasnya kekuasaan, pasti siapa-siapa yang terlibat dalam politik pernah melakoni termasuk Amien Rais itu sendiri.

Tidak memandang kemanusiaan hanya yang dipandang kekuasaan. Sudah biasa terjadi di dalam perpolitikan. Karena menurut Friedrich Nietzsche sendiri: kehendak manusia adalah kehendak akan kuasa.

Entah apa yang Amien Rais perbuat dalam memandang reformasi, sedikit banyaknya ia sendiri mempunyai peran. Begitu juga dengan kontestasi politik pasca reformasi.

Saat itu dimana panggung politik begitu semarak dari partai yang sebelumnya tiga pada masa orde baru akhirnya lebih dari 30-an partai ikut dalam kontestasi politik.

Belum dengan narasi sikut-sikutan politik pasca reformasi. Dimana Amien Rais jelas punya pengalaman hitam dan putih dalam kancah politik Indonesia di masa lalu.

Gus dur sendiri pernah berkata dalam acara Kick Andy, Merto TV 2012 silam, bawasanya orang yang bertanggung jawab dalam pencopotannya sebagai presiden ada dua orang yakni Amien Rais dan Megawati.

Tetapi yang saya bilang sebagai hitam putih tersebut. Karena didalam diri manusia ada benar dan salah, baik dan buruk. Jasa-jasa Amien Rais sebagai reformis orde baru juga di catat sejarah dan banyak orang menjuluki sebagai bapak reformasi.

"Tetapi manusia membuat baik atau buruk hidupnya semua ada pada tingkah lakunya sendiri".

Karena ketika manusia banyak bertingkah yang sudah tidak sebanding dengan geloranya. Dalam pandangan orang banyak manusia pasti akan menjadi sesuatu yang ganjil seperti Amien Rais saat ini. Tidak sadar bahwa harusnya dirinya sudah harus moksa politik dan memberikan peran kepada orang lain termasuk anaknya sendiri yang kini aktif di partai PAN Mumutz Rais.

Bukan menyalahkan Amien Rais hanya saja yang disebut dengan ketidak sesuaian dengan gelora disanalah yang akan terus membuat suatu pertanyaan publik. Tidak cukupkah manusia menikmati syafat kekuasaanya dalam dunianya sendiri?

Seperti Amien Rais di usia tua yang masih masif dalam gerakan politik? Pertanyaannya adalah untuk apa? Mungkinkah masih ada kepentingan mencar kekuasaan yang ada dalam dirinya? Perkara mencari uang semua orang memang butuh uang untuk hidup.

Seperti kabar yang terus berhembus lebar di kalangan masyarakat dalam menanggapai dunia politik saat ini. Tidak ada habisnya pembicaraan tentang Amien Rais di media-media politik.

Dimana dibalik kritik-kritik yang dilayangkan Amien Rais kepada pemerintah seakan hanya suara sumbang yang hanya menjadi angin lalu. Tidak jelas dalam tujuan dan substansi mecerahkan publik.

Belum dengan polah-polahnya yang kadang nyleneh seperti penggembosan-penggembosan kekuatan politik yang justru orang lingkarangnya sendiri. Seakan seperti provokator di tubuh PAN. Seharusnya karena faktor purna dan kesepuhan Amien Rais PAN haruslah dijaga keberadaannya.

Amien Rais justru sebaliknya. Partai yang dibuatnya sendiri, yang saat ini sedang dijalankan kepartaiaannya oleh anak dan besannya, ada tendensiu terus digrogoti oleh tingkah lakunya sendiri.

Mencoba dengan mengumpulkan kekuatan orang yang loyal padanya di PAN ingin mengobok-obok kekuatan dengan amunisi yang terisa di partai itu. upya dari memecah kekuatan PAN, dengan loyalis Amien Rais membuat PAN reformasi. Tidak tahu tujuannya untuk apa dan siapa.

Seperti dirinya dijuluki Bapak Reformasi, membuat Parti baru tersebut juga bernama PAN reformasi seperti para loyalis Amin Rais menggambarkannya Amien seorang reformis indonesia. Alasanya adalah mereka "loyalis Amien" menganggap karena Amien Rais adalah salah satu tokoh reformis yang ada di indonesia.

Tetapi dengan orang-orang yang ada dilingkarannya di Partai politik yang dibuatnya sendiri yakni PAN. Semakin tua Amien Rais justru semakin tidak diterima keberadaanya. Sifat provokasinya membuat dirinya ditendang besannya di PAN Zulkifly Hasan. Karena Amien Rais cenderung menjadi pengacau Partai dengan gerakan politisnya.

Anaknya sendiri Mumtaz Rais menyebut bapaknya Amien Rais sedang Halu atau "Halusinasi", ingin membuat partai baru bernama PAN Reformasi bersama loyalisnya. Disamping itu mumutz Rais juga menyebut semua orang yang ada di PAN reformasi seorang pengangguran.

Maka dengan Amin Rais semakin tua tidak diterima keberadaaanya oleh orang-orang lingkarannya sendiri. Didalam masyarakat Amien Rais juga hilang wibawanya. Karena dirinya selalu melekat dengan provokasi, dimana sudah tidak pas dengan geloranya yang seharusnya dalam dunia politik.

Karena Amin Rais sudah harus moksa politik. Memberi wejangan-wejangan kebijaksanaan dalam dunia politik yang telah dilakoninya sebagai jalan hidup kepada gemerasi muda. Supaya politik sendiri punya adab dan santun. Tidak malah diajari sikap-sikap provokatif yang selama ini dilakoninya sebagai politikus veteran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun