Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jerinx dan Kata Merdeka Dalam Bui

28 Agustus 2020   13:02 Diperbarui: 29 Agustus 2020   18:35 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: akcdn.detik.net.id

Dalam prosesnya Jerinx berkata: "merdeka" membuat saya seperti ingin menafsirakan bawasannya di dalam proses bui Jerinx tetap memperjuangkan setiap kemerdekaan menyampaikan pendapat terkait fenomena public.

Terkait dengan berbagai cuitannya di media sosial tentang covid 19 dari teori konspirasi dan sebagainya bukan berarti saya sepakat padanya. Saya sendiri berpikir luas untuk menanggapi fenomena ini. Tetapi perlakuan atau jerat hukum terhadap penyampaian pendapat itu sendiri yang secara moral saya ingin kritisi.

Sebagai poin kekuatan ketika ditanya wartawan, Jerinx meminta "wartawan" menunggu prosesnya setelahnya ia akan memberikan pernyataannya. Kemudian Jerinx menerangkan dirinya lupa tidak memakai pomade dirambutnya.

Ucapan "merdeka" Jerinx yang lantang saat dirinya dilimpahkan ke kejaksaan membuat saya ingat Budiman Sujatmiko yang saat itu tahun 1998 memperjuangkan demokrasi dibawah rezim militerisme Soeharto.

Budiman Sujatmiko saat ini sebagai politikus PDIP juga mengatakan hal yang sama "Merdeka" sebagai bentuk perjuangan saat dirinya di adili di kejaksaan saat itu.

Mungkin dengan maksud kata "merdeka" tersebut Jerinx ingin menyampaikan kepada kita semua bahwa pasal karet UU ITE Pasal 27 ayat 3 dalam UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) memang harus dibumi hanguskan sebagai penghalang menyampaikan pendapat terkait fenomena public dalam negara demokrasi.

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun