Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Manusia Terbunuh: Tidak Bunuh Diri

22 Agustus 2020   20:22 Diperbarui: 23 Agustus 2020   01:48 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkinkah tidak ada buku untuk mencintai sebuah penderitaan? Apakah pederitaan adalah kutukan hidup yang harus dimusnahkan, dilawan, bahkan ditikam agar ia mati berasama manusia yang identic dengan penderitaan?

Sungguh tak kala keniscayaan hidup ini bergema dari atas bukit. Ingin aku rasanya menjadi seorang petualang lagi. Tetapi dalam petualangan itu, aku ingin terus bersuara dengan ketikan laptopku yang aku sebut sebagai pacarku itu.

Kemanapun aku tidak dapat lepas dari dirinya, laptop kesayanganku, dimana bait-bait paragraph ceriminan diriku tersimpan di memorinya. Alangkah ringannya penderitaan manusia yang tidak berpikir. Dalam angannya tidak terdapat keinginan yang harus ia wujudkan sebagai manusia. Laptoku yang mati tidak bersuara.

Seharusnya mungkin menjadi manusia abad ke-21, mencintai harusnya benda mati yang akhirnya hanya mencintai diri sendiri. Tetapi dengan mencintai orang lain terhadap pengakuan ingin dicintai balik, rasa-rasanya, aku ingin mengutuk manusia itu.

Karena mengapa ketika ada bayang pertimbangan antara manusia yang mencintai manusia lain. tidak ubahnya adalah untaian drama yang tidak ada habisnya. Kebebalan selalu saja, mereka manusia--- ingin diakui seperti apa oleh manusia lain?

Ada yang mencintai dirinya seharusnya saja sudah syukur--- hidupnya disayangi. Tetapi dengan rasionalitas ugal-ugalan manusia, dimana rasa syukurnya pada Tuhan adalah dalih yang palsu mengakui kebersyukuran itu.

Keganjilan dari hidup tiada yang benar-benar sempurna. Maka dari pada bentuk kasus mencintai manusia lain saat ini, nyatanya adalah buah-buah dari problematika manusia itu sendiri.

Tidak ada yang benar-benar "ada" dalam kepastiaanya. Semua mencintai atas dasar penalaran rasional, mereka yang tidak ingin cacat seperti drama-drama sinetron yang menjijihkan itu.

"Memang problematik ketika mencintai manusia lain yang polos berurusan dengan mental pikiranya yang masih banyak pertimbangan. Mencari sesuatu yang sudah mapan mental, berurusan dengan masa depan ekonomi sebagai harapan kehidupan manusia".

Dalam keterbagiaanya memandang bertrasaksi cinta seperti harus ada pengharapan yang pasti sebagian besar manusia. Lambat laun berurusan dengan kehendak hatinya sendiri. Apakah senyatanya kehendak hati harus mati?

Langkah yang rancu aku langkahkan sebagai buah-buah pikir. Menjelma menjadi singa-singa yang buas dalam angan-angannya. Aku ingin menari saja melupakan cintaku padamu yang membosankan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun