Pada akhirnya bu tejo dan bu yani yang tidak mengindahkan aba-aba dan terus berargumen memenangkan pendapatnya. Tidak ikut menunduk menguikuti aba-aba kalkson supir truk akhirnya ketahuan polisi saat melitas pos polisi.
Disinilah superioritas emak-emak yang dalam setiap argumennya tidak mau kalah ketika ditilang dengan dalih ada yang lebih penting yakni menjenguk bu lurah.
Bukankah dalam realitanya seorang polisi jika berargumen dengan emak-emak, mereka menyerah karena emak-emak rempong dan jarang yang taat pada aturan tidak mau kalah dalam argumennya?
Inilah cermin dari realita superior "emak-emak" di jalan lampu sen kiri beloknya kanan. Sudah biasa terjadi di jalan jika emak-emak yang mengendarai motor disalahkan ia sendiri tidak mau.
Begitu juga latahnya social kini dengan dua sujoli yang dia boncengan bareng terus langsung di isukan pacaran. Tercemin dari peranan fikri dan dian yang ikut ke rumah sakit berboncengan dengan motor.
Dikira mereka pacaran padahal ada hal lain yang menjadi cerita akhir mengapa dian ikut menemani fikri ke rumah sakit tilik bu lurah tidak di duga-duga oleh penonton.
Kembali lagi pada karakter emak-emak yang tergabung dalam film tesebut. Karakter profokator seperti bu tri pun sangat ada dan menjadi realita sosial. Dimana menambah-nambahkan suatu pendapat menjadi perbincangan yang lebih "ngena" dibutuhkan dalam setiap wacana perumpian emak-emak.
Maka dengan isu-isu dian jalan dengan om-om di mall. Tentu dengan dugaan kehamilan saat muntah-muntah ketika ibu tejo lihat sepulang mengaji ternyata dian yang muntah di atas motor.
Juga kabar dian wara-wiri ke hotel, mengambarkan sekali gaya hidup anak muda kini khususnya wanita-wanita yang tidak bener "nakal" pintar menyembunyikan kehamilan akibat faktor sex bebas.
Semua narasi tersebut terbungkus rapi dan dalam setiap pembahasannya sesuai dengan realita sosial. Seperti itulah emak-emak jika berkumpul, membicarakan tetangga yang tidak habis polahnya seperti dian dengan gaya hidup mewah tetapi samar sumbernya.
Tidak ketinggalan dalam film "tilik" sendiri juga menggambarkan realita sosial lainnya dengan penyampaian joke-joke humor yang tentu lucu dan mengandung sebuah fakta yang tidak dapat dielakan.