Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersosial itu Berbicara Rasa

15 Agustus 2020   09:22 Diperbarui: 20 Agustus 2020   13:13 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti aku yang tidak sadar, jikalau hanya nama besar, hanya cerdas, dan hanya baik. Tetap akan kurang dalam memaknai bersosial itu pada kenyataannya. Dalam sosial menuntut ilmu rasa adalah hal yang utama. Supaya ia jernih melihat sikap, dimana dalam bersikap tidak ada yang lebih baik dari "keluwesan" saat bersosial. Bijak dalam menempatkan diri sendiri bersama dengan kapantasan dirinya tersebut.

Yang tersayangkan dari hidup. Mengapa orang-orang hilang dari identitasnya sendiri. Seperti aku yang pemalu, atau merasa diri tidak pantas, dan enggan membanggakan diri. Apakah nyatanya tidak dapat memperkenalkan identitasnya kepada orang lain?

Semua bentuk kediaman menanggapi sesuatu tentang memperkenalkan diri. Senyatanya tidaklah perlu berlebihan. Kenyataannya dalam manusia memandang manusia lain terletak pada wataknya. Tindak-tanduk dalam menjalani hidupnya, itulah senyatanya nilai kita sebagai manusia dihadapan manusia lain dalam bersosial.

Jika apa yang ditawarkan menjalani hidup adalah kerakusan, merasa punya milik, dan merasa ingin yang paling tinggi dari lainnya. Apakah rasa arogansi tidak akan membunuhnya sebagai diri yang sedang bersama orang lain itu?

Rasa yang wajar, hidup untuk kepentingannya sendiri. Tetapi apakah dengan kepentingan itu adalah kepentingan yang memang menjadi haknya sendiri? Bukan tumbuh dan berkembang dari hak-hak orang lain?

"Inilah nyatanya dalam hidup menjalani suatu dinamika bersosial. Tidak segampang semut-semut yang membawa satu butir tempe dalam memikul beban. Kenyatanya asal kalian tahu, dalam bersosial itu buang kepentingan diri sendiri sangat perlu.

Semut-semut tidak berpikir bagaimana pendapatannya, seberapa bagiaannya, dan seberapa ia akan dibuat tinggi nama besarnya. Tentu saat ia bersama dengan rekan-rekannya, untuk tetap memboyong tempe itu sebagai makanan secara bersama".

Tetapi aku pun manusia itu yang di dalam dilematisnya pikiran selalu mempertanyakan. Apakah mungkin setiap bentuk kerja sama, tidak mendapat keuntungan apa pun yang bisa dirasakan oleh diri sendiri terlebih dahulu? Semut pun tau ia harus mendapat bagian untuk sama-sama kenyang dalam bentuk kerja sama.

Ini manusia dengan sikap keserakahan. Jangan pernah di samakan dengan semut yang tanpa pikiran utung rugi dirinya. Yang penting diri kenyang, tidak ingin lebih seperti diri manusia itu. Tetapi semua yang jelas ada kekurangan terselip kelebihan. Ada kelebihan disanalah ia selalu meminta lebih itulah pikiran.

Sayangkan dirimu manusia-manusia tinggi intelektualitas yang hanya untuk membodohi orang lain. Kecerdasamu yang tidak ada gunannya itu. Dalam geraknya hanya mencari sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan inginmu. Bukan kebutuhan dasarmu sebagai wacana hidupmu.

Padahal dalam sikap menjadi bersama itu--- dalam memenuhi kebutuhan hidup yang tidak dapat sendiri. Tanpa mengenal rasanya kerja, tidak tahu harapan orang lain, dan maunya mendapat lebih dibanding yang lain, jika seperti itu bersosialmu akan tamat semakin cepat. Hiduplah sendiri ditengah api, yang akan membakarmu didalam kesendirian sosial yang akan menjeratmu nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun