Oleh karena itu dalam wacana berpolitik saat ini, politikus yang belum mendirikan partai politik sampai kapan pun tidak akan pernah bersinar karir politiknya sebagai orang yang berpengaruh dalam partai politik.
Seperti tokoh politik Amien Rais yang melekat dengan PAN, atau figure Gus Dur dengan PKB, serta Megawati dan SBY masing-masing melekat dengan PDIP dan Partai Demokrat.Â
Karena mereka adalah pendiri atau tokoh, bahkan memegang kendali modal awal pembentukan partai, disanalah mereka akan menjadi sosok abadi yang berpengaruh dalam partai.
Joko Widodo yang sebelumnya merangkak menjadi kader PDIP dari daerah sampai dengan menjadi tokoh partai nasional yang mengantarkanya sebagai Presiden Republic Indonesia dihadapan partai politik, ia punhanya seorang kader partai.
 Dimana jabatan strategisnya menjadi presiden hanyalah suatu tugas dari partai politik untuk memangku jabatan public Negara, representasi partai politik meskipun dirinya seorang Presiden.
Maka tidak heran dengan figure, Prabowo Subianto di Partai Gerindra yang saat kongres luar biasa (KLB) di Hambalang Jawa Barat, Sabtu (8/8/20) lalu, diputuskan dirinya untuk menjadi ketua umum partai berlambang burung garuda tersebut.
Alasanya adalah figure yang kuat Prabowo Subianto di Partai Gerinda yang belum dapat tergantikan.
Dengan pernah vakumnya Prabowo Subianto sebagai ketua umum gerindra yang jabatan "ketua umum" sempat diemban Suhardi, mantan guru besar UGM, selama kurang lebih enam tahun.Â
Namun jabatan ketua umum kembali ke tangan Prabowo usai Suhardi meninggal dunia pada 2014.
Kembalinya Prabowo duduk di jabatan ketua umum serta lamanya periode dia menjabat menandakan Partai Gerindra itu justru menunjukkan tersendatnya regenerasi figur mumpuni.Â
Menyusul partai-partai lain seperti Demokrat dan PDIP yang belum lepas dari tokoh kuatnya keluarga SBY dan Megawati.