Saat ini musim di Kabupaten Cilacap memang sedang memasuki musim kemarau. Umumnya kemarau udara pagi dan malam hari begitu dingin. Pagi ini (26/7/2020) perkiraan saya suhu di Kabupaten Cilacap mencapi sekitar 20 hingga 22 drajat Celcius.
Umumnya orang saat udara pagi dan dingin, apa yang dicari? Salah satunya pasti adalah makanan untuk mengisi perut yang lapar pagi hari. Semenjak saya terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) oleh perusahaan tempat saya bekerja dulu tiga menjelang empat bulan yang lalu. Saya bangun tidur memang agak siang tidak pernah pagi, sekitar jam setengah tujuhan, itu pun setiap malam begadang sampai jam dua belas malam.
Tetapi setengah tujuh, bahkan jam delapan pagi, yang saat-saat di jam tersebut saya pasti bangun udaranya masih sangat dingin di Kabupaten Cilacap. Maka dari itu makanan adalah hal yang paling saya cari ketika pagi telah tiba.
Rumah saudara yang berdekatan di kampung membuat ketika rumah saya tidak ada makanan, saya kerumah mbak saya di depan rumah saya. Jika dirumah mbak saya tidak ada makanan saya kerumah Uwa saya yang ada disamping rumah saya.
Itulah berkah ketika rumah dekat dengan saudara. Sampai-sampai pada saat masakan rumah tidak cocok pun, saya mencari lauk yang cocok muter-muter rumah saudara.
Namun kembali, itulah berkah ketika kita tidak menjauhi saudara. Karena pepatah pernah bilang, guyub dan rukun bersama saudara akan mendatangkan rejeki. Mungkin begitulah bentuk rejeki itu. Tanpa adanya konflik dan guyub serta rukun, satu sama lain menjadi tidak canggung dan saling berbagi dengan luwes karena sudah terbiasa.
Keponakan Saya Membuat "Cilung"Â
Umumnya seorang yang sudah tua seperti saya yang usianya akan menginjak kepala tiga. Saat ini saya sudah punya banyak keponakan yakni sudah mencapai empat orang. Mba pertama saya tinggal di daerah Gombong, Kebumen, Jawa tengah. Mba saya nomer dua membuat rumah bersampingan dengan rumah saya di kampung di Kabupaten Cilacap.
Saya anak ke-empat dari empat bersodara. Saya anak terakhir dan kakak lelaki persis diatas saya bekerja di daerah Bandung, Jawa Barat. Maka dari itu saya serasa punya saudara lagi dengan adanya keponakan-keponakan saya. Mba saya nomer dua yang membangun rumah disamping saya punya anak dua, begitu juga yang pertama ditambah total menjadi empat.
Dari dua anak mba saya nomer dua tersebut satu anak laki-laki sudah SMP, satunya anak perempuan masih SD. Umumnya anak perempuan meskipun masih SD, sudah sangat teratrik dengan masak-memasak dirumahnya.
Ceritanya pagi-pagi buta saya setelah bangun tidur kerumah ponakan, mba saya nomer dua. Biasanya setiap pagi ponakan saya--- saya suruh membeli mendoan diwarung sana. Tetapi karena dia ingin makan cilung, ia meminta uang untuk tambahan bahan cilung seperti sambal.
Bagi pembaca yang belum tahu cilung adalah sejenis jajanan anak-anak yang bahan-bahannya sendiri adalah aci dan telur, lalu digulung dengan tusuk seperti sate. Sedangkan untuk bumbunya sendiri sambal dan lain sebagainya sesuai selera.
Cara menyajikannya pun cukup sederhana. Dengan wajan atau teplon, api kompor yang tidak terlalu besar, aci dibuat adonan menjadi cair seperti akan membuat gorengan. Kemudian dibentuk sedemikian rupa sama persis menggoreng gorengan.
Untuk minyak sendiri jangan telalu banyak, sedikit saja. Setelah dibentuk dalam pengorengan adonan aci tersebut yang sudah dikasih bumbu sesuai selera, tengahnya di kasih satu sendok telur dan kemudian diolesi sambal untuk penyedap rasa, digulung dengan tusuk sate, lalu siap disantap.
Tentu saya apresiasi betul upaya ponakan saya membuat cilung meskipun tidak se sempurna pembuatannya seperti warung langganannya. Tetapi anak kelas enam sekolah dasar sudah bisa buat cilung sendiri sudah sangat bagus keterampilannya.
Dibalik hemat uang dengan membuat sendiri, upaya dari kemauaan ponakan saya membuat cilung sendiri, membuat saya bangga atas kemauaanya tersebut.Â
Saya pun mencoba masakan cilung masakan ponakan saya, cukup enak, tapi ya itu selera makanan untuk anak-anak. Tetap saja saya tidak mampu makan banyak sebagai orang dewasa yang tentu rasanya ya khasnya makanan anak-anak. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H