Sedangkan untuk menemukannya, manusia membutuhkan pergolakan pengetahuan yang rinci dalam menentukan pilihan. Dalam pencarian jati diri manusia, apa lagi panggilan hidup menjadi seorang seniman pasti akan merasakannya; "menuntukan peliknya jalan hidup"
Apakah dengan "bijaknya" menjadi diri sendiri yang seniman lakukan sebagai pedoman hidup itu tanpa tinjuan filosofis? Jelas filosofi menjadi dasar pijakan yang penting untuk tumbuh dengan keyakinan hidup menjadi manusia yang melakukan praktik seni dalam menjalani kehidupannya.
Seperti kenikmatan para penyair diatas panggung sana yang menyuarakan suara hatinya sendiri--- berangkat dari kegelisahan-kegelisahan hidupnya.
Begitupula dengan para "Mpu" yang menciptakan kitab sebagai sebuah pedoman hidup yang menurutnya benar untuk perjalanan spiritualnya sendiri.Â
Tetapi tentang seniman yang dibuat oleh diri sendiri, dinikmati sendiri pula, sangat membahagiakan sebagai ritus kembali kepada dirinya sendiri".
Seniman dan Pengelanan HidupÂ
Kurang lebih dalam pengelanaan manusia yang hidupnya berkelana seperti pemikiran para seninam, ia dapat merasakan semua dari diri dan untuk dirinya sendiri.Â
Karena didalam diri seniman ada pengetahuan besar tentang dunia. Namun yang lebih penting dari dunia adalah dirinya sendiri yang terkenali dari setiap langkah kakinya sendiri sebagai seniman.
Supaya hidup "seniman" tidak pernah terkatung-katung oleh dirinya sendiri, bagaimana akan bersikap dengan orang lain, juga bagaimana akan bersikap dengan dirinya sendiri sebagai apa yang akan dilakukan oleh hidupnya sendiri.
Sepertinya kagalauan akan hidup yang mandeg memang harus diratapi, tentang berbagai pertanyaan yang tertinggal didalam batin pada akhirnya yang harus terjawab.Â
Mungkinkah seniman yang sering jengah pada hidup dan dunianya sendiri harus menjadi manusia dalam pengelanaan itu seumur hidupnya dimana bait-bait imanjinasi menjadi sebuah dasar hidup untuk berpikir?