Siapa posisi paling terlemah disana, ia yang harus paling capek dalam beban kerja. Menutupi orang-orang yang kuat tetapi malas untuk bekerja namun paling depan jika akan melakukan pencitraan kerja.
Tetapi berbeda dengan sesama nasib tidak sepenanggungan. Kita saling bahu membahu, contoh dalam hal pengawasan serta pengamanan kabel serat optik milik masing-masing itu. Tidak peduli kamu siapa dan dia siapa dari perusahaan mana. Ketika kita punya kepentingan yang sama, kita saling menyelamatkan satu sama lain, demi keamanan kabel kita masing-masing.
Mungkin ikatan yang terjadi karena adanya sama-sama punya kepentingan lebih mempuni dari pada hanya hubungan structural kerja yang mungkin berbeda kepentingan. Namun menjadi pekerja dengan berbagai macam potensi konflik baik dari structural hirearkinya maupun kebijikan dalam pertemanannya selalu saja.
 "Saat kita terjepit dengan berbagai masalah-masalah tersebut. Semua kembali kepada kesadaran diri bagaimana  kepentingan diri selalu menjadi hal utama untuk diselamatkan. Karena mempriorotaskan diri, sama halnya berjuang untuk kepentingan dirinya. Itulah sejatinya kerja, yang penting dapat hidup membeli makan, tentu untuk mempertahankan hidupnya sendiri".
Maka tidak ada bedanya dengan Tholo seniman nyentrik itu yang hidup bergantung pada kreatifitasnya. Mungkin kreatifitas seorang pekerja adalah dari kerelaan dirinya bekerja dan mencurahkan semua tenaga untuk pekerjaannya. Karena semua bentuk kreatifitas manusia bertujuan untuk mempertahankan hidup diri manusia itu sendiri sebagai mahluk yang butuh hidup dari kehidupannya.
Tholo sang seniman nyentrik
"ingisun tholo sejati, ora gumunan, ora wedi dihina, ora seneng dialem, ora penting dianggep apik"
Dengan kata-kata tersebut saya seperti dapat menggambarkan bagaimana nyentriknya seorang tholo. Kurang lebih dari tulisan-tulisan itu tholo ingin memperkenalkan pada setiap orang.Â
Tentang bahasa yang digunakan tersebut merupakan bahasa jawa "Banyumasan" yang artinya: " Saya tholo sejati, tidak terkesima, tidak takut dihina, tidak suka dipuji, tidak penting dianggap baik".
Mungkin sebagai seorang sejatinya seniman memang harus begitu, tidak hingar pada dunia, juga pada pembawaan diri yang formal. Pada dasarnya sebagai manusia, semakin unik dia membawa dirinya akan semakin dapat berbeda dan mudah dikenali. Begitu pula dengan cara saya mengenali tholo, ia benar-benar manusia unik dengan pembawaan dirinya yang orisinil.
Saya memang tidak memotertnya sebagai dokumentasi ilustrasi pada artikel ini, saya khawatir ia tidak berkenan. Sebab ia begitu sangat idelais, tetapi asyik sebagai "manusia", dimana ia terbuka dan mengucapkan selamat datang kepada saya dan teman-teman saya meskipun baru ia kenal.
Waktu saya melihat tholo pertama kali memang saya tidak menapik ia memang benar-benar unik. Dia "tholo" bersepeda ontel dengan telanjang dada dan tubuh penuh dengan tatto. Tubuh penuh dengan tato bagi orang desa seperti saya memang melihatnya aneh dan terkesan orang tersebut sangat sangar untuk diperhitungkan.