Begitupula di Indonesia, benih-benih kebijakan kontradiktif juga dilakukan. Tahanan dibebaskan, proyek-proyek pemerintah masih jalan, bantuan cenderung tidak tepat sasaran. Maka dengan dana yang banyak dikucurkan negara melalui gugus tugas covid-19 haruslah benar-benar dicermati masyarakat. Apakah benar-benar tepat sasaran atau hanya euforia angaran belanja negara yang aji mumpun----mumpung ada covid-19?
Maka dengan persiapan mentri keuangan indonesia, Sri Mulyani  untuk mengajukan hutang negara kembali ke Bank dunia. "Katanya, kita tidak perlu takut hutang sebab harta kita masih banyak. Kalau memang indonesia mampu mengapa harus hutang?
Belum dengan nada ketakutan, provokatif dan lain sebagainya. Diberbagai media sosial ditengah wabah ini bermacam-macam informasi telah menyebar. Teror keamanan segala bentuk kejahatan menyusul pasca dibebaskannya tahanan negara dari pencurian hingga ancaman untuk membakar mobil-mobil, gedung dan segala macamnya beredar sebagai gosip ditengah pandemic covid-19 saat ini.
Tetapi semua berpotensi terjadi, nada provokasi; "sudah krisis saatnya membakar" di Tanggerang adalah gerbang tersebut bahwa kekacauan sosial akan terjadi. Mungkin saja jika para tahanan yang bebas tersebut ditukangi kepentingan politik, kepentingan pribadi, dan memanfaatkan momentum covid-19 untuk membuat kekacauan. Jelas pengaruhnya akan mewabah sebagai "penmumpung" Â akar membuat kekacauan di seluruh indonesia.
Memang sudah sepatutnya curiga covid-19 ini sebagai fenomena lebih dari bencana. Artinya bencana ini memang dibuat. Jika tidak dibuat fenomena ini murni bencana alam jelas ditukangi berbagai kepentingan. Apakah memang isu covid-19 ini sengaja dibuat orang-orang yang berkepentingan politik- ekonomi di indonesia dan dunia lebih luasnya?
Menarik untuk dipikir karena membuat dunia krisis dan setiap negara mau tidak mau melakukan hutang. Dimana dari hutang tersebut negara diposisikan sebagai perusahaan profit, yang didalam perbankan membantu menyehatkan Bank Dunia dimasa yang akan datang. Oleh karena itu membuat pertalian bawasannya negra-negra tetap terjajah dengan rayuan hutang.
Pada dasarnya, entah itu yang katanya bencana alam, atau memang kronik politik. Selalu saja ada motif kepentingan yang memulai. Sikap anarkisme memang dalam sejarahnya sendiri kerap terjadi saat krisis justru memunculkan berbagai masalah baru.
Masyarakat yang tetap menanggung akbibatnya. Hutang negara tetap rakyat yang menanggung. Belum dengan kerusakan akibat kerusuhan baik material maupun korban jiwa, rakyat juga yang kena imbasnya. Maka krisis apapun sebabnya, jangan sampai membunuh hati nurani kita "rakyat". Apalagi ini adalah isu bencana yakni virus covid-19. Jadi kerusuhan apapun bentuknya tetap akan berimbas kepada rakyat itu sendiri yang menerima imbasnya.