Justru membuat pertanyaan kita semua, apakah masih relevan diabad ke 21 ini kita berbicara ideologi saat masyarakat sudah menjadi satu dimensi dan cenderung menutup mata secara sosial di balik mereka harus memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri?
Upaya yang dilakukan pemuda dalam lingkar perpustakaan jalanan ini "Komunitas Mengkaji Pustaka" yang digawangi para pemuda. Sampai kapapun ideologi itu harus tetap menyala, memang saat ini berbagai ideologi itu belum mengilhami banyak masyarakat.
Namun apa yang dilakukan oleh segelintir pemuda di Cilacap sendiri melalui Komunitas Mengkaji Pustaka ini dalam mencintai buku sebagai akar ideologi, untuk bagaimana diri pribadi hidup dalam masyarakat merupakan akar dari masih dibutuhkannya  berbagai ideologi itu sebagai penjaga asa untuk tumbuhnya ide-ide dalam pikiran manusia, supaya kehidupan terus lebih baik secara pribadi mau pun bermasyarakat itu sendiri.
Mungkin semangat untuk terus membaca buku sebagai jalan ilmu pengetahuan, pada saatnya akan terwujud gerakan yang nyata dalam kehidupan sosial bermasyrakat pemuda di masa depan. Ketika pengetahuan sudah mengilhami, bagimana kerusakan alam semakin nyata, industerilasisasi yang justru mencaplok lahan petani, membuat jurang kemiskinan dan kekayaan sesama manusia semakin jauh adanya.
Bukan tidak mungkin ketika pengetahuan manusia sudah ada dan menjadi ideologi, manusia hanya berpangku tangan melihatnya? Pasti kehendak alamiah sebagai "manusia" mahluk penjaga alam tempat hidupnya sendiri akan mereka bela, pasti mereka akan dibela! Karena alam dan segala isinya adalah bagaian dari kesatuan yang tidak dapat terpisah dari kehidupan manusia. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H