Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengakuan sebagai Pewaris Kerajaan, Wajarkah di Abad Ke-21 Ini?

14 Januari 2020   18:12 Diperbarui: 21 Januari 2020   22:25 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: liputan6.com

Tentu tidak ada sebuah konsep yang tidak berdasar. Karena pada dasarnya tentang konsep-konsep itu merupakan dasar dari cara berpikir mereka menanggapi sesuatu.

"Sebuah perkara yang ingin dibangun manusia, pasti semua berawal dari titik pijak. Tidak mungkin tanpa sangahan-sangahan rancangan sebagai buah dari hasil upaya berpikir mereka sendiri".

Namun segala sesuatunya, bukankah jika sudah terkonsep oleh manusia, nantinya digali untuk diterjemahkan berbagai konsep itu sendiri? Lalu dengan apa yang ingin disampaikan dengan cara berkonsep, sudahkan konsep yang dibangun mereka layak diterima sebagai sebuah kebenaran yang wajar dan dapat diterima oleh mereka yang mungkin tidak pernah mengkonsep itu?

Sepertinya memang akan menjadi "fenomena" yang penting dan baru untuk pembahasan, juga refleksi berpikir manusia kini, dimana ketika masyarakat sudah bingung berpegang pada konsep, ia akan kembali pada apa-apa yang terjadi di masa lalu, sebagai sebuah realitas yang terkonsep secara nyata yang benar-benar terjadi untuk titik pijak hidup mereka.

Bahkan apa yang dinamakan fenomena itu, selalu layak untuk dikaji, bagimana filosofi-filosofi itu tumbuh, merencanakan, membuat, bahkan sampai tahap eksekusi. 

Suatu konsep dari berpikir, dan itu dapat terwujud, bukanlah sesuatu yang mudah dibangun begitu saja. Pasti ada langkah-langkah persuasi, dimana ia diterima sebagai konsep, dan layak untuk dipercaya oleh manusia, siapapun yang ingin percaya pada konsep tersebut.

Munculnya KAS atau (Kerajaan Agung Sejagad) yang viral di media, bukan lelucon belaka anak kemarin sore untuk menjadi viral di media sosial. Tentu dengan bangunan yang sudah terbangun, pengikut yang sudah mencapai ratusan orang, sebelumnya memang sudah terkosep dengan rapi, meskipun belum ada validasi informasi tersebut dari seglintir masyarakat yang mengaku sebagai KAS (Kerajaan Agung Sejagad) secara resmi.

Dengan alasan-alasan padangan kerajaan mereka, tentang warisan dari Majapahit sendiri, tentu inilah konsep yang terbangun untuk mendirikan kerajaan baru, yang mereka akui sebagai cara baru bermasyarakat diabad ke-21 ini. Meskipun konsep sebagai kerajaan memang sudah tidak populer seperti abad-abad terdahulu; misal di abad  pra abad ke-18 yang lalu.

Menjadi pertanyaan, mengapa diabad ke 21 ini ada kelompok-kelompok yang menurut manusia kini "naif" sebagai masyarakat? Bukankah kerajaan sendiri merupakan sesuatu bangunan politik yang sudah usang? Dengan pengikut yang sudah ada, apa yang membuat ketertarikan mereka "masyarakat" untuk mengikuti ideologi itu "KAS"? Mungkinkah ini suatu kemunduran? Ataukah ini bentuk dari rasa kefrustasian?

Atau justru bentuk suatu "kemajuan" membuat masyarakat  jengah dengan sistem yang ada saat ini---- hidup di abad ke-21, yang semakin lebar jarak antara si kaya dan si miskin, kekuasaan negara yang dikusasi oleh oligarki, atau demokrasi yang justru membuat bingung, karena semua orang berbicara menurut kebenaran sendiri-sendiri?

Mayarakat mulai mencari konsep baru
Kata baru mungkin bukanlah kebaruan yang sebenarnya, karena kata "baru" tersebut bisa jadi hanya tranformasi dari sesuatu yang sudah lama, tetapi disesuaikan dengan konteks jamannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun