Tidak memungkiri kemudahan akses yang di tawarkan oleh sistem kapitalisme, tetapi akses modal sendiri setidaknya hadir dari modal-modal juga pada akhirnya. Namun seberapapun aliran modal dari kerja manusia, bila memang mereka "manusia" berhati-hati dan efektif dalam memperankan modalnya, dalam hal ini, saya sebut sebagai dasar dari adilnya sistem kapitalisme dan manusia. Meskipun tanpa upaya cerdik dalam pengaturan modal, miskin secara struktural akan terus berlangsung, bahkan akan membudaya pada akhirnya.
Abad 21, bukan lagi abad tanpa kesempatan, banyak kesempatan yang hadir bila manusia menangkap betul fenomena Revolusi Industri saat ini yang sedang terjadi di Indonesia. Revolusi berarti sendi-sendi tata masyarakat baru, maka dari itu, mengenal dari dasar kebaruan itu seperti telah mendapat suatu pencerahan sebagai manusia di dalam suatu sistem.
Bergeraknya ekonomi, sektor-sektor yang sebelumnya belum terjamah, kini mulai menapampakan sebagai aktivitas ekonomi itu sendiri. Dengan modal yang lumayan manusia punya, sektor bisnis, birokrasi dan lain sebagainya di luar dari pertanian, kini di akses oleh mereka yang mampu menyekolahkan tinggi anak-anaknya, seperti fenomena yang terjadi di suatu desa, berbodong-bondong menyekolahkan anak untuk menjadi pegawai pada akhirnya.
Anak-anak dari tuan tanah di desa kini menjadi bisnismen diluar pertanian, birokrat-birokat pemerintahan, bahkan mengisi pos kemamanan baik Polisi, maupun Angkatan perang negara. Disanalah dasar dari hidup harus dengan modal itu terhimpun dengan baik, tentang buruh tani yang dapat naik kelas dengan modal juga pada akhirnya.
Banyak di desa kini Buruh-buruh telah menjadi petani-petani kecil, dimana mereka mampu membeli dengan modal akan lahan yang harus mereka garap. Menjalarnya ekonomi sendiri, para tuan tanah desa enggan menggarap sawahnya, lalu sawah tersebut dikontrakan atau digadaikan kepada Buruh-buruh tani. Suka atau tidak, modal seperti menjadi penyelamat baru, meskipun terkadang kurang berimbang dengan harga yang sama sekali tidak rasional dengan resiko. Namun inilah sistem dari kapitalisme dan keberuntungan sebagai manusia itu dalan ekonomi.
****
Bukankah ini keadilan itu, apa yang terjadi di desa ketika tuan tanah mengarap sendiri-sendiri lahannya? Bukankah buruh tani tidak akan dapat naik kelas? Walaupun naik kelasnya tersebut harus dengan modal yang mereka kuluarkan? Ini tentang sistem, ini tentang keadilan dari "kapitalisme", namun apapun ideologi itu, instrumen-instrumen dasarnya terlebih dahulu yang harus dipahami manusia, tentu "modal".
"Petani menanam untuk mencukupi makan keluarganya, barulah menjual surplus atau kelebihannya ke pasar. Tetapi masyarakat "Marhenis" tetap Marhen, yang tidak dapat lepas dari sistem "kapitalis". Surplus yang di dapat, untuk mengontrak tanah atau meng-gade tanah kembali, ditanami sendiri memenuhi kebutuhan keluarga". Apapun itu, semua ideologi memang utopis, yang terjadi kini "abad 21" tidak peduli manusia itu tidak punya, yang penting mereka "manusia" masih bisa membeli dengan uang "modal" yang mereka punya.
Dan sekali lagi, lentur pada sistem merupakan keselamatan bagi hidup manusia itu sendiri. Manusia tidak dapat melawan sesuatu apapun, terkeculai ia melawan atau bertarung dengan sistem itu didalamnya. Seperti ungkapan "Liberal" tanpa batas yang harus manusia sandang dalam memandang zaman, sistem apapun, ia tidak akan membatasi diri dengan ideologinya sendiri.
Terlibat dan ikut bukan suatu pengecualian, abad 21 merupakan manusia dengan hamba-hamba modal di dalamnya.
Mengerti dan diam bukan berarti patuh, diam pula tidak dapat di katakan bahwa ia bodah, tetapi dalam diam selalu ada alasan sebagai dasar pemikiran, mengapa alasan berdiam diri pada manusia? Tentu saja jawabannya adalah mengamati. Pada dasarnya setiap manusia merupakan pengamat yang baik.