Memang dengan kebijakan menaikan harga rokok akan mengurangi konsumsi rokok. Tetapi saya yakin, mereka akan tetap merokok walaupun membeli dengan harga yang tinggi. Tentu karena bukan ketergantungan tetapi upaya menggantungkan diri pada rokok.
Membeli secara eceran paling mungkin dilakukan para perokok. Sedangkan untuk membeli satu batang rokok dibutuhkan biaya yang tinggi, itulah mengapa saya prihatin, naiknya harga rokok akan membuat semakin banyak orang yang miskin secara ekonomi.
Berhenti merokok merupakan kemauan dari dalam diri perokok itu sendiri. Menurut saya kebijakan menaikan harga rokok tidaklah mendasa, Â dan bertendensi akan memicu masalah sosial yang baru yaitu kemiskinan dari harga rokok yang tinggi.
Jika pemerintah berniat menekan jumlah perokok buatlah program pembelajaran bagi masyarakat, pembelajaran yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya merokok, dan dampaknya untuk ekonomi personal.
Membuat panti rehabilitasi bagi perokok dan mempekerjakan psikeater, merupakan salah satu jalan terbaik untuk menekan jumlah perokok itu, yang semakin meninggi karena bebarengan dengan gaya hidup manusia yang membudaya sejak lama.
Merasa membawa banyak kenikmatan itu, rokok bagi banyak manusia merupakan kebebasan, dia bukan saja penyembuh sepi, rokok yang dihisap juga sebagai tanda tanpa terisinya ruang waktu lengah itu, yang ingin dihentikan sejenak dengan santai sembari mulut dikebulkan di ruang pojok sana.
Perkara banyak efek buruk yang disebabkan oleh merokok, namun bagi saya, hanyalah setitik  perkara kebebasan bagi manusia dewasa. Mereka tahu bagaimana mereka harus merokok, mereka juga tahu bagaimana mereka harus berhenti merokok sebagai konsekwesi dampak buruk rokok tersebut.
Tetapi merokok atau tidak, mungkin masalah persepsi saja, yang menghakimi hanyalah orang yang kurang penghakiman. Merokok sebagai gaya hidup mungkin inilah bentuk tren itu, selayakanya gaya hidup itu sendiri, hanya perkara manusia kehabisan tingakah dengan agak sedikit bingung bertingkah.
Dengan konsekwensi, dia berpikir apa yang dapat dilalukan, agar dapat merasakan kesenangan, ya tidak lebih dari itu! Barometer yang agak sempit sebagai orang  yang mecoba sedang menikmati peruntungan dari sikapnya tidak merokok itu yang katanya hemat dan sehat.
Tidak semua manusia merokok itu bodoh, tidak, apa lagi disandingkan dengan membuang uang jelas tidak! seperti membakar uang tersebut, tentu juga tidak!
Merokok sama halnya mengisi waktunya agar tidak jenuh ,sesekali merokok juga sama mengobati dirinya, dan mencoba mengutuk waktu suntuknya sendiri. Oleh sebab itu, banyak orang yang rela membeli rokok meskipun harga rokok terus-terus semakin tinggi, yang membuatnya menjadi miskin.