Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Gaya Hidup" Penentu Milenial Punya atau Tidak Rumah Impian?

7 Juli 2019   16:33 Diperbarui: 8 Juli 2019   22:48 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi; properti.net

Katakan di Desa gaji 2 jt harus membeli rumah 200 jt, bayangkan? Kita kumpulkan bertahun-tahun sampai 200jt misalnya, nantinya harga dapat 2 kali lipatnya. Jika sudah menabung untuk rencana membelinya dimasa depan itu saja sudah berat bangat, berapa tabungan yang harus di kumpulkan dari gaji setiap bulannya? Berapa tahun sampai 200jt?

Bukan berat tidak akan bisa tercapai semua mimpi punya rumah tersebut dengan upah yang kita terima saat ini. Tetapi yang berat tersebut untuk menahan apa yang harus ditahan agar uang dapat terkumpul lalu terbeli rumah tersebut. Super duper hemat dan ditabung adalah kesabaran yang harus kita "milenials" tanamakan dalam diri sendiri.

Baiklah jika kaya secara struktural, dia dapat di belikan rumah oleh orang tuanya, bukankah kalau seperti itu, dia juga tidak harus lepas tangan terhadap anaknya sendiri untuk dibuatkan rumah juga dimasa depan ?Sebenarnya ini bukan hanya untuk yang "kaya struktural" saja, tetapi berlaku untuk semua milenial.

Perkara gaya hidup yang super duper hemat untuk menabung keperluan di masa depan, termasuk kebutuhan membeli "rumah" impian, itu adalah langkah yang harus ditempuh. Pentingnya rumah bukan hanya untuk berteduh, tetapi untuk pijakan tempat keluarga pulang, memang harus terbeli dan terbangun.

Milenial dan gaya hidup, bukan tidak penting gaya hidup tersebut, tetapi apakah akan tetap gaya-gayaan jika rumah sendiri aja tidak punya? Mungkinkah kita tega pada setiap tenaga yang dikeluarkan dari kerja hanya untuk sesuatu sifatnya hura-hura dan dinikmati saat itu juga? Milenial, rumah, dan rasionalisasi gaya hidup, merupakan hal krusial itu.

Milenial, gaya memang penting , tetapi memiliki rumah merupakan kebutuhan sangat dasar itu. Bukan tidak mungkin Indonesia kedepan akan seperti negara-negara maju lainnya, yang warga negaranya susah membeli rumah, hidup hanya dari rumah kontrakan, atau meringkuk bilik-bilik yang dikontrakan kecil dan kurang layak.

Mumpung kita masih bekerja mendapatkan uang, kurangilah gaya hidup mahal nan mewah yang meguras kantong, mulailah menabung membeli rumah, walapun harus sangat lama dan bersabar untuk dapat mencapainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun