Wacana pertemuan tidak berujung
Dari wacana berbuka bersama, atau halal bi halal sehari setelah lebaran, semua di rencanakan, kapan kita dapat berkumpul lagi seperti di bangku sekolah dulu mengenang keceriaan.
Teman sekolah ibarat teman ingatan, sebab untuk berkumpul saja susahnya minta ampun. Belum jarak rumah yang "sebenarnya tidak jauh", tetapi karena kesibukan menjalani hidupnya masing-masing, dan anggapan kita yang kini bukan menjadi kanak-kanak lagi, untuk kumpul-kumpul bersama secara keseringan membuat ada keengganan jika tidak ada kepentingan.
Sepertinya memang benar, mempertemukan orang-orang sibuk hanya dengan kepentingan. Wacana bertemu dikala tidak ada kepentingannya, hanya akan menjadi wacana yang tidak berujung, semua berdalih, ada kesibukan masing-masing.
Sudah sewajarnya, sebagai manusia dewasa yang kini telah ada yang mempunyai anak, membangun usaha sendiri, kerja mungkin di luar kota, untuk berkumpul kita butuh waktu dan saat-saat yang tepat saja.
Pernikahan teman sebagai media pertemuan "reuni"
Bisa dikatakan bahwa, kita adalah generasi perintis, bukan kami tidak beryukur dengan apa yang telah kami nikmati setiap rezeki yang menghampiri, bukan, hanya saja mungkin belum pada saatnya.
Kita memang tidak muda, memandang menjadi tua pun rasanya masih jauh. Oleh karena itu, kami masih punya kesempatan untuk selalu memperbaiki nasib, dimana menyelenggarakan pertemuan di gedung-gedung tinggi, mewah, berkesan masih sangat mungkin di masa yang akan datang.
Bukan untuk memamerkan kemewahan dalam istilahnya "reuni" teman sekolah dulu. Tetapi sekali waktu kami merasakan itu tidaklah apa-apa sebagai bahan merayakan pertemanan dan membangun kenangan.