Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manusia dan Budaya Basa-basi

2 Juni 2019   21:00 Diperbarui: 2 Juni 2019   21:42 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi diambil dari hipwee.com

Aku ingin terbang bebas nan jauh dari sini, membidik cakrawala disana yang masih asri dengan peran individu yang bermartabat. Hari-hari terakhir yang sebelumnya sudah terajut, apakah akan ada awal kembali? Akan-kah semua ini mengubah keadaanku? Jika memang harus pesimis memandang, pesimislah selagi bisa merasakannya.

Optimisme ada kalanya mahal, karena ia terus ditentang oleh realita dari keadaan. Yang pernah terbagi hiduplah kali ini memandang dengan mata indah itu. Gemericik air masih terdengar disana, kau dan aku pasti bisa. Nanti biarlah kita akan bertemu di alam sana, alam yang tidak pernah bertanya, dan tidak pernah juga menjawab segala pertanyaan-pertanyaan ini.

Meskipun aku seperti buah yang lepas dari akarnya. Pohonku sudah tumbang, kini hanya sisa-sisa kayu yang dikisis, kemudian dimakan oleh rayap-rayap kayu yang beregu, berkumpul, untuk memakan secara bersama-sama. Tetapi kau tahu apakah buah akan mati jika tidak ada akar dan pohonnya? Di dalam buah ada biji, yang suatu saat bisa menjadi akar dan pohon bagi dirinya sendiri. Sepertinya buah itu, aku sama-sama berproses menjadi dirinya sendiri lagi.

Berproses merupakan bentuk bertumbuh, tentu untuk menjadi rindang membawa kesejukan bagi manusia-manusia atau hewan di sekitarnya. Akar dan pohon tidak hanya hidup, tetapi akar dan pohon berproduksi untuk menjadi sesuatu. Ya, sesuatu itu memang berbuah, buah untuk diri, dan menjadi tempat menggantukan makanan bagi yang lain.

Aku kira tidak indah malam ini ketika tidak melihat pohon-pohon jalanan yang berdiri tegak tanpa beban disana. Ketika dilihat semua pohon diam, tetapi tahukah jika mereka memperhatikannya? Semua yang hidup adalah misteri, begitupun pohon di depan rumah ini. Kembali kita sadar, pohon sudah besar dan berbuah, itulah yang telah di sadari tanpa sebelumnya terpikiri. Kita semua merupakan proses dari bagian masing-masing dari diri, dan untuk diri kita sendiri.

Aku pun sedikit mempunyai prasangka, pepohonan seperti bahagia secara diam-diam. Mereka tanpa ekspresi yang berlebih, tanpa perlu diakui oleh sipapun. Apa hal yang kau tidak tahu? pohon dibutuhkan oleh siapapun, bahkan oleh suatu entitas yang keberadaannya terlampaui.

Malam ini terasa sunyi, aku diam seperti pepohonan yang sedang berproses menjadi dirinya saat ini. Senangnya mereka "pepohonan" seperti kesenanganku yang sudah bisa aku wujudkan kembali malam ini. Karena malam ini pertama, aku memulai kembali melanjutkan proses jati diriku. Sejatinya, aku ingin menulis apa pun, diman pun dan kapan pun. Aku bukanlah salah satu dari penulis terkenal itu. Aku berpikir, aku adalah makna bagi keberadaanku. Aku menulis sesuatu karena aku ingin seperti bulan yang tampak cerah di Pulau Bali.

Gelas air putih di depanku mulai berkurang bahkan habis. Kau lihat awan diatas sana, dia sama cantiknya dengan gelas ketika dia tidak berisi. Kekosongan memunculkan berbagai kemungkinan-kemungkinan baru. Aku merasa segala kemungkinan merupakan proses hidup yang tidak bisa dihindari.

Semua yang berawal pasti akan memulai dari awal, pun kembali lagi menjadi awal pula tanpa menjadi akhir. Cobalah memulai kembali, jangan berakhir, anggaplah semua memang awal. Ini awal, kau dan aku berawal, jika ada akhir, akhirilah bersama untuk menjadi awal dari kebersamaan tanpa menanggung beban "satu untuk semua".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun