Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manusia dan Budaya Basa-basi

2 Juni 2019   21:00 Diperbarui: 2 Juni 2019   21:42 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi diambil dari hipwee.com

Senja di kala ia tiada, aku seperti rerumputan yang tidak mau untuk dikenal. Puisi yang lalu, Aku si Macan Kumbang yang tidak berbau itu. Badai besar ini menerjang, seakan ia menerjang dan tidak ada seseorang pun untuk mengupayakan lari keluar dari dalam badai.

Tetapi sanggupkah aku menjadi lebih di tengah gempuran badai ini? Untaian garis ini, seperti ingin berbicara pada malam yang tidak ingin aku renungkan. Malam ini di tengah ketidakpastian, apakah aku manusia kuat itu, yang mecoba untuk tidak mau dikenali?

Bau bawang di sampingku seperti tidak bisa tercium lagi, hanya goresan yang terdengar di kala ia akan terlupas dari kulitnya. Mungkin begitupun menjadi manusia, "ia, memang tidak tercium" namun suara sebagai manusia itu sendiri menghentak bagai petir yang menggelegar untuk mau dikenali.

Menjadi dewasa memang serba membingungkan hati, inginnya terkadang apa yang kini tidak terjadi pada dirinya. Sesuatu yang rumit ini, jadikanlah untuk renungan hati, walaupun pada saatnya akan mati. Ketidakpastian, mengapa kau hadir bagaikan tamu yang tidak terundang itu, cukupkah menjadi tanpa tidak harus memberatkan orang lain?  

Aku lah manusia yang tiada duanya itu, terkadang berpegang teguh diri untuk tidak lepas begitu saja. Yang mungkin tidak akan menjadi nilai, biarlah semua menjadi seperti apa yang mereka kira. Nyatanya semua orang  hidup sendiri-sendiri tak kala ia harus memenuhi kebutuhannya sendiri. Benar saja, upaya kumpul bersama, membuat suatu acara, hura-hura, hanyalah satu titik basa-basi antar sesama manusia hidup saat ini.

Kini aku ingin bertanya padamu bintang-bintang? aku memang manusia yang tidak mau terkenali tetapi, aku pun tidak ingin menjadi manusia yang di kenal tidak umum seperti, manusia basa-basi lainnya. Budaya basa-basi ini tidak pernah lepas dari manusia meskipun, manusia ingin berdiri sendiri tanpa mau repot dan direpoti. Tetapi ini adalah pandangan umum sebagai manusia yang tidak akan bisa kita hindari. Sepertinya, budaya basa-basi adalah budaya turun temurun yang harus manusia jaga pada akhirnya   

Bagaimana rasanya ingin tahu itu, membelah angin, bahkan membelah lautan dikala ia terlalu membuat jengah hidup? "Jika hidup terus tertekan pada apa yang dinamakan basa-basi mengundang tuntutan, mengapa tidak di ikuti saja, atau  dibuat tidak peduli?" Seperti tahu tetapi aku tidak tahu, siapa yang menekanku dan menekanmu itu?

Memandang pesimis, mungkinkah akan terus bersamaku? Tentang mereka yang senang dengan basa-basi dalam hidup, apakah kau disana mengetahuinya? Perihal mencari modal untuk basa-basi yang sebegitu sulitnya? Memang wajar, bahwa aku butuh sesuatu darimu, kewajaran yang harus menjadi hal yang utama.

Tetapi dalam khayal ini, aku pun tidak dapat menjawab semuanya. Harapan, kau begitu mengacaukan kehidupan. Lihatlah lelah yang sebenarnya ini, mencari-cari modal basa-basi yang terus dan tidak boleh berhenti. Yang butuh kita untuk pertanyakan, mengapa tak kunjung kau menjemputku saja untuk menikmati kediaman tanpa perlu adanya basa-basi itu? Mungkin impianku terlalu tinggi, untuk menjadi sendiri, sehingga bukit itu seperti tidak aku kenali.

Suara-suara lantang masih bergema, memelas, bahkan tidak sedikit mengejek. Memang dalam budaya basi-basi ini tidak semua orang ingin memberi, hanya suara lantang yang sebenarnya meminta. Untuk itu, bagaimanakah di sana menjalani hidupnya? Pasir-pasir seakan berserakan seperti tidak bertuan pada akhirnya. Hari ini akan berlalu, menjadi pertanyaan yang tertinggal, akankah besok ada lagi budaya basa-basi yang sama?

Aku hanya ingin melukis angin malam ini. Upaya terakhir, di dera beban yang tidak berkesudahan. Ya, memang seperti yang terbuat oleh dirinya sendiri, hidup adalah setiap beban-beban itu. Kekehawatiran yang terus datang, tidak cukup-kah hidup dengan diri sendiri saja? Tanpa basa-basi, tanpa kumpulan-kumpulan yang menghawatirkan, lalu tanpa ada omongan-omongan yang tidak mengenakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun