Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rakyat Melawan Siapa?

22 Mei 2019   15:36 Diperbarui: 25 Mei 2019   23:21 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari bisnis.com 

Walau pun pendidikan tetap menjadi pemandangan indah orang konservatif, tetapi zaman di dalamnya telah berubah. Kau bisa menjadi yang paling mungkin kau sukai, tanpa harus sekolah tinggi. Ketika kau ingin menjadi artis, tinggalah gali potensimu, lalu sebarkan di akun media sosialmu.

Menjadi pengamat dalam hal ini pun tidak sulit, kau dapat mengamati apapun yang kau ingin amati. Tidak perlu kau harus bergelar banyak seperti profesor di sana dalam ruang kampusnya. Dengan kemampuanmu menulis, berpikir, dan menanggapi isu-isu yang terjadi kau bisa seperti profesor itu, Meskipun tanpa gelar pendidikan berjejer-jejer, rumit ejaan dan artinya. Inikah sistem itu yang harus kita lawan? Tidak kan? Semua sudah nyaman dengan sendirinya.

Dan ketika kita ingin melawan, apakah mungkin kita melawan hantu? Komunisme sudah mati, tidak mungkin lagi kita melawan hantu yang keberadaannya tiada itu. Isme-isme juga lain, sepertinya  tidak akan di hiraukan lagi, karena demokrasi membentuk budaya baru dalam ruang publik. Termasuk dari dalam dunia maya itu sendiri.

Jika dari dalam ruang sosial kini terdapat isme-isme yang mengangggu kebebasan sebagai diri, terdapat kebebasan pula untuk meninggalkannya, termasuk dalam ruang keputusan orang-orang berpengaruh baik di ruang teologisme itu sendiri atau di ruang manifesto politik yang semakin menggelegar.

Saya kira semua sudah terbuai dengan daya beli untuk sekarang ini. Mereka bekerja untuk membeli setiap kebutuhan bahkan kesenangannya. Sepertinya musuh terbesar manusia abad ini hanya ketidak mampuan untuk membeli. Maka tidak jarang ketika ruang mereka tertutupi untuk membeli, mereka mencari cara, melalui politik, agama bahkan melalui serikat-serikat masyarakat yang menjadi komuditas di alam demokrasi Indonesia kini.

Petani mengurusi hidupnya sendiri, bagaimana tanamannya bisa membuahkan laba. Nelayan tetap mengayuh prahunya berharap mendapatkan ikan lalu dijual di pasar pelelangan. Buruh-buruh meskipun tetap miskin, mencoba mengobati rasa tidak puasnya dengan membeli apapun yang ia sanggup beli.

Kasarnya hidup sudah berjalan sendiri-sendiri. Setiap orang hanya mementingkan apa yang menjadi kepentingannya. Walaupun mereka berserikat tetap, "semua atas dasar kepentingan" yang mereka harus tempuh atas nama kebutuhannya sendiri. 

Singkatnya kita saat ini tidak melawan siapapun, setiap apa yang kita lawan tidak hanya berimbas pada kita, tetapi masa depan kita. Saat kita berbicara politik dan melakukan gerakan perlawanan, sebagai pribadi tidak ada untung, yang ada hanya rugi. Sebab, politik bukan musuhmu, ia "politik" hanya keuntungan bagi segelintir orang saja. 

Jadi tidak perlu kau jauh-jauh memusuhi, membela dan bertaruh untuk nyawamu sendiri untuk kepentingan semu dirimu, dalam hal ini melalui jalan politik . Dasarnya tetap, kita "rakyat" lemah pada apa yang dinamakan berkuasa secara struktural, jika kita tidak kuat-kuat modal. Carilah modal sebanyak-banyaknya jika kau ingin menang sebagai rakyat bermartabat.

Kini musuhmu adalah dirimu sendiri, ketika kau keras dan tidak punya daya, kau lah yang merugi itu. Aku ambil suatu contoh dalam strukture kerja, jika kau buruh, perlakukanlah dirimu sebaik kucing peliharaan. Sebab melawan ketika kau tidak puas, kau tidak akan menjadi kucing peliharaan kesayangan lagi oleh majikanmu itu.

Begitupun banyak di kehidupan-kehidupan lainnya, bahwa apa pun kehidupanmu, kau harus paham, nasibmu itu terawasi. Malah, jangan pernah sesekali membela apa yang bukan menjadi kepentinganmu itu, seperti baru-baru ini terjadi pada semesta politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun