Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Yang Tidak Pernah

17 Mei 2019   20:00 Diperbarui: 18 Mei 2019   12:04 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar pixabay.com

Yang tidak pernah terangkai

Apakah gerangan di sana menyelaminya?

Puing-puing ini seakan mau runtuh

Kau pun hanya terdiam tanpa sedikitpun berbicara

Aku memang sedang tidak ingin membuat kata-kata panjang

Kau harus tahu, betapa lelahnya rasa ini untuk diikuti

Aku kayuh nafasku, aku hela nafasku

Apa, apa yang sedang aku pikirkan ini?

Semua seperti ambigu yang jelas bersinar

Tidak ada lagi yang ingin aku ucapkan malam ini

Yang harinya tengah lelah, di bombardir perasaannya sendiri

Ya, aku tengah menjadi diriku yang bukan diriku lagi.

Penantian menunggu hari itu datang

Selama itu pula aku hidup dengan bayang-bayang

Sehelai demi helai ingin aku tafsirkan

Apakah begini rasanya kejengahan yang tertunggu hari itu?

Aku dengar suara WS rendra di sana

Puisinya begitu hidup

Aku kira puisi itu akan sama saja pada akhirnya

Hanya bunyi tanpa kesaksian, menjadi bunyi pula tanpa makna.

Aku tahu aku harus lebih mengahayatinya

Aku lihat Rendra membaca puisi

seperti ia sedang menggugah panggilan hatinya sendiri.

Oh, pemberi semangat disana

Bisakah kau buat obat dimana aku dapat terlelap malam ini.

Hati dan pikiran ini semakin meruncing

Apakah puisiku dapat hidup hari ini?

Aku kira, aku bukanlah orang yang bisa berpuitis ria

Tetapi puisi rendra yang dibawa oleh media

Tidak sengaja membuat, ada ungkapan lain meluapkan isi hati ini.

Yang tidak pernah terjawab oleh kegalauan hidup

Sudahkah ini akan membunuh kebisuan hidupnya sendiri?

Berat rasa ini seperti tidak akan di ikuti

Apakah aku akan begini-bigini saja pada akhirnya nanti?

Aku ingin keluar, aku ingin memanggil diriku

Sebab itu, apakah aku ini benar-benar ada?

Oh, lagi-lagi, yang sedang gelap-gelapnya

Kau seperti terbius oleh racun tikus, tetapi engkau tidak pernah mati pada akhrinya.

Yang tidak pernah terasa, merasa tetapi tidak dirasa

Kau seperti kejauhan yang jelas membakar hati ini

Rupamu bagai debu yang berterbangan diatas langit-langit

Tetapi yang tidak pernah aku dapat baca, aku membaca aku sebagai diriku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun