Terbukti, disamping mempromosikan di laman media sosial mereka untuk SMS Ketik: AKSI (spasi) Ulin kirim ke 97288, tidak jarang mereka juga datang langsung ke Studio untuk mendukung dan memberi semangat kepada peserta AKSI 2019 dari rumpun ngapak 'Ulin Nuha'.
Tentu dukungan mereka dalam hal ini "Pawaka", mauapun "Republik Ngapak" dan Masyarakat umum lainnya sangat patut untuk di apresiasi. Saya sendiri mengambil suatu pelajaran disini, moderintas tidak melunturkan semangat warga desa untuk saling mendukung satu sama lain.
Ketika salah satu warga desanya butuh dukungan, mereka dengan sukarela terbangun mendukung tanpa komando apa pun, murni atas dasar sukarela sesama warga desa atau warga komunitas. Kini tantangan kita sebagai warga desa Karang Rena, "khususnya Kabupaten Cilacap" dalam hal ini harus membantu menciptakan tokoh dari desa untuk Indonesia.
Tentang 'Ulin Nuha' peserta AKSI 2019 dari Cilacap juga sebagai Dalang Muda
Bakat dan keterampilan, saya kira semua orang yang hidup mempunyai bakat keterampilannya masing-masing. Di ajari sedikit-sedikit memang perlu untuk mengasah keterampilan, supaya matang dalam menjiwainya.
Tetapi jika itu bukan sebuah panggilan jiwanya sendiri atau, "passion" mengutip ungkapan milenials kini, "keterampilan tersebut tidak akan menjadi sebuah maha karya". Karena ada ungkapan berkarya dari hati, itulah agar karya kita menciptakan identitasnya sendiri sebagai diri kita "manusia".
Berangkat dari bakat dan keterampilan seorang 'Ulin Nuha' yang saya nilai sebagai istimewa. Mengapa saya katakan istimewa? Karena 'Ulin Nuha' juga seorang Dalang yang masyur di daerah Jawa Tengah bagian barat selatan khususnya Banyumas Raya.
Tentu dalam hal ini, tidak semua orang mampu mendalang, ditambah ia belajar mendalang sejak kecil. Dalang bagi saya bukanlah profesi atau seniman yang sederhana, ia perlu bakat, keterampilan, bahkan tirakat, dalam istilah Jawa "laku prihatin" memaknai hidup dan kehidupannya.
Jadi saya berpendapat tidak semua orang dapat menjadi dalang. Upaya belajar, mengenal lakon, berpikir mensinkronisasi dengan realita secara relevan, tentu sebagai pegambaran sifat wayang itu sendiri yang dicerminkan sebagai manusia ketika sedang berlangsungnya pementasan.
Tokoh pewayangan  sejauh pegamatan saya merupakan sarana manusia mengenal dirinya sendiri sebagai diri manusia. Sifat baik dan buruk manusia oleh leluhur di interpretasikan melalui tokoh pewayangan dengan apik, supaya semakin mudah dicerna oleh masyarakat yang menikmati cerita dan pelajaran-pelajaran yang akan disajikan oleh sang Dalang.
Maka tidak heran jika Sunan Kali jaga dalam mensyiarkan ajaran agama islam melalui media wayang itu sendiri. Tentu untuk menarik masyarakat Jawa memeluk islam sebagai agama masyarakat pada saat itu. Dan memberi pelajaran kebajikan moral dan kebijaksanaan hidup pada masyarakat di zamannya.