Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keberhasilan, Romantisisme, dan Hukum Masyarakat Teknologi

13 Mei 2019   17:24 Diperbarui: 13 Mei 2019   19:34 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi diambil dari youtube.com/Tribun Timur

Di sini masyarakat teknologi dapat mempertanyakan dari setiap elemen yang sedang viral di media sosial atau media publik. Misalnya pelaku kekerasan, ancaman dan pemalakan semisal; bukankah dengan suatu kasus seperti ini menjadi pembelajaran yang sangat penting?

Bagaimana suatu kelompok teologis menjadi paradoks fungsinya yang mendamaikan justru malah merusak? Anak muda di lain tempat banyak kreatif memberikan impact positif, dilain sisi berprilaku amoral dengan upaya pesan verbal ingin membunuh padahal, "ia tidak kenal atau tidak tahu orang yang akan dibunuhnya secara langsung"?

Gambar Ilustrasi diambil dari youtube.com/Tribun Timur
Gambar Ilustrasi diambil dari youtube.com/Tribun Timur
Juga ini sebagai warning pembenahan Hukum negara dalam masyarakat teknologi itu sendiri. Dengan berbagai fenomena, baik kekerasan dan lain sebagainya yang merugikan, dan terekam teknologi, hukum haruslah berupaya tanpa harus ada yang melapor dirugikan. Tujuannya tentu untuk ketegak-kan hukum itu sendiri, dimana ia tahu terjadi kejahatan tetapi ia diam seakan hukum menikmati kejahatan dari dalam teknologi itu sendiri.

Seperti keributan anak muda yang terekam, tidak perlu hukum menunggu yang melaporkan ada yang dirugikan terlebih dahulu. Jika itu tindakan melanggar hukum, panggil yang bersangkutan dan tindak secara hukum jika mereka salah. Tidak lain supaya mereka jengah bahwa; apapun dapat terintai oleh teknologi, jika melanggar hukum, selsaikan dengan hukum.

Menjadi yang tersesalkan dalam masyarakat teknologi ini, di mana hukum menjadi begitu tumpul dengan upaya meminta maaf tetapi kerugian dan arogansi telah terjadi. Dalih kekeluargaan seharusnya tidak dilakukan pada hukum, ketika ada yang dirugikan.

Contoh kasus vandalisme yang terjadi di mini market Aceh atau segermbolan anak muda yang berkelahi di pusat keramaian yang terekam. Tetap mereka harus di jerat hukum, perkara kekeluargaan itu hanya sebatas mengurangi masa hukuman itu sendiri, dalam hal ini mereka yang melakukan kejahatan harus ditindak hukum.

Saya khawatir ketika upaya kekeluargaan dalam hukum itu tetap berjalan, upaya-upaya kejahatan lainnya yang berpotensi terjadi lagi atas nama yang kuat menikam yang lemah, lalu ada intimidasi mengancam dan di lanjutkan kekuluargaan kemudian mereka lepas begitu saja dari jerat hukum, lalu dimana hukum ada jika seperti ini?

Meminta maaf sebagai kekeliruan moral mungkin masih dapat dibenarkan. Tetapi jika ada yang dirugikan dalam bentuk material, ancaman, dan ketakutan, saya kira hukum harus melampaui kekeliruan moral itu sendiri. Dimana menghukum yang salah adalah bentuk dari keadilan hukum itu sendiri, tanpa pandang bulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun