Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Gaji Pas-pasan? Keluar dan Carilah Nasib Baru

10 Mei 2019   19:51 Diperbarui: 10 Mei 2019   20:26 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Berubahlah menjadi manusia digital yang penuh semangat, kreatif dan optimistis, bahwa peluang mengubah nasib hidup masih banyak"

Saya berpendapat masalah kerja di abad 21 ini sangatlah serius, tetapi kebanyakan gaji karyawan hanya bercanda saja. Bukan untuk tidak mensyukuri nasib, tetapi kalian juga harus paham.

Jika gaji terbilang kecil, untuk hidup saja pas-pasan, ketika kerja salah sedikit langsung dihatam omongan yang pedas oleh yang katanya, "bos", padahal sama-sama kerja, apakah Anda sebagai pekerja bawahan tetap mau bertahan dengan kondisi ini?

Saya kira tidak harus Anda bertahan, karena keadaan tidak akan pernah mengubah Anda. Bos, "karyawan atasan" yang semena-mena selamanya akan tetap semena-mena. Karena mereka berupaya menjaga nama baiknya sendiri, dengan tetap akan mengorbankan yang lain.

Seperti yang banyak dunia kerja katakan bahwa; bos tidak pernah salah. Benar adanya, kata-kata itu bukanlah kiasan. Dalam dunia kerja, posisi yang kuat akan selalu menang, meskipun dia bukan yang menggaji semua karyawan. Tetapi posisi dalam dunia kerja menentukan kekuatan secara personal itu sendiri.

Memang jika ditelisik dari kasta kelas pekerja yang katanya, bos, "karyawan atasan" ini lebih tinggi. Tetapi tidak berpikirkah bagaimana upaya bertahan bawahan untuk hidup dengan segala kebutuhannya? Sudahkah ia sadar bahwa gaji yang ia terima berbeda jauh bahkan dapat 10 hingga 15 X lipat?

Untuk biaya hidupnya saja, karyawan bawahan harus mengatur cara terbaik terus menekan kebutuhannya dengan sedikit hiburan, "untuk melupakan beban kerja". Bahkan kualitas makanan pun terus ditekan agar ia masih punya nilai uang lebih dari kerjanya.

Ditambah jika karyawan bawahan ini adalah buruh urban yang untuk pulang ke rumah saja membutuhkan biaya tidak sedikit, sudah pasti jarang pulang, dan kesehatan mentalnya akan dipertanyakan.

Bekerja dan mendapatkan uang memang kebutuhan, tetapi jika hanya upaya bertahan hidup saja yang didapat dari hasil kerjanya, belum lagi tekanan kerja yang harus diterimannya. Seharusnya "mudah" jika akan mempertimbangan mengambil keputusan keluar dan tidak tetap bekerja pada bidang yang sama.

Karena kita boleh saja berpikir realistis bahwa;" bekerja atau tidak bekerja pada bidang kerja yang gaji pas-pasan nasibnya akan sama saja". Masih akan lebih baik kita mencari kerja yang lain dengan yang sama pas-pasan tetapi beban kerja agak berkurang. Terlebih keadaan kejiwaan kita dapat lebih sehat disana.

Lebih syukur lagi ketika kita dapat lebih berhasil dari saat ini di bidang kerja yang lain. Entah itu akan memandang wirausaha atau bekerja di bidang lainnya. Untuk itu kita memang tidak boleh setengah hati memandang peluang lain, selain dari kerja kita kini yang pengahasilannya pas-pasan.

Kita tidak tahu bahwa, keluar ruangan kerja sekarang dapat juga memungkinkan untuk keadaan nasib hidup yang lebih baik kita sebagai pekerja. Mungkin kesempatan baru akan menunggu disana dengan hasil yang lebih baik dari saat ini.

Seyoganya memang sebagai pekerja atasan, menyadari ketika pekerja bawahan mengalami penurunan performa kerja, tidaklah harus ditekan habis atas nama kepentingan-kepentingannya. Mungkin ia, "pekerja bawahan" sedang berpikir yang lain atau sedang ada masalah hidup  yang harus dihadapi.

Seharusnya sama-sama menyadari atas nama kemanusiaan itu penting dalam dunia kerja. Bukan hanya kepentingan kerja yang harus terus-terus digenjot, upaya saling menghargai atas nama kerja sama juga penting dalam kita menatap dunia kerja.

Tetapi geliat dalam mencari uang saat ini semakin jarang memperhatikan kemanusiaan. Banyak dari mereka menjadi egois untuk mempagari kepentingan-kepentingannya sendiri. Mungkin sudah menjadi budaya mencari uang saat ini. Apapun manusia harus menyadarinya.

Pekerja bawahan yang gaji pas-pasan, jangan pernah takut memandang dunia kerja yang lain. Peluang masih lebar dengan berbagai potensi dunia kerja yang kini merambah kerja dalam bentuk digital. Dari dalam bentuk kerja digital, blog juga dapat menjadi peluang kerja digital itu sendiri. 

Jika dunia kerja konvensional memandang sinis kita sebagai masyarakat digital kini, lebih baik keluar dan mencari nasib, dalam tatanan dunia baru ini. Masih banyak yang bisa kita eksplorasi dari dunia baru "digital" ini. Terpenting kita sebagai manusia tetap menjaga dan terus berkreatif untuk menjaga asa kita dalam memandang nasib hidup kita di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun