Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Berwirausaha Bukan Sekadar Punya Modal "Uang"?

25 April 2019   21:12 Diperbarui: 26 April 2019   08:22 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana Study Banding Grafika Grup cabang Gombong, (baca ) Kiri-Manager Grfika cab. Gombong, Asisten Pak Kus, Pak Kuswintoro, Dosen Pak Joko, Saya | ilustrasi dokpri

Satu, dua jam berlalu kami sudah berdiskusi panjang lebar. Kalau dijabarkan bahkan diskusi mengarah pada sistem politik dan karakter bangsa Indonesia kini yang sedang mengalami krisis identitas. Menurut beliau seseorang harus mengenal dirinya sendiri, siapa itu sebenarnya dirinya. Saya ingat tradisi filsafat timur yang berkembang di Korea dan Jepang tradisi filsafat ini disebut Zen. Menurut saya tradisi Zen juga tidak jauh berbeda dengan filsafat kong hu cu.

Kebijaksanaan zen menyuruh penganutnya untuk mengenali dirinya sendiri. Dari pemaparan beliau, beliau juga mengikuti perkembangan politik yang sedang berlangsung. Beliau juga dulu aktif ber-politik. Keaktifan itu diwujudkan dengan tergabungnya beliau kedalam salah satu organisasi partai politik besar yang ada.

Kami bertanya tentang teori-teori yang kami pelajari. Tetapi tidak semua pertanyaan dari kami beliau jawab, beliau hanya menegaskan yang intinya bahwa, berwirausaha tidak sekedar teori tetapi harus cerdas dalam praktiknya mengambil peluang di masa depan. Jika ada pertanyaan mengenai hal teknis dalam menejemen di jawab oleh General Manager Grafika Grup cabang Gombong yang kebetulan pada saat itu ikut berpartisipasi dalam acara ini.

Setelah kami kehabisan bahan pertanyaan beliau balik bertanya pada kami. Beliau bertanya pada kami "langakah yang seperti apa yang harus ditempuh seseorang untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain? bisa mensejahterakan orang lain ? dan menjadi panutan bagi orang lain?. Bagi beliau kekayaan harta bukanlah segalanya, apa artinya kaya jika tidak bisa bermanfaat bagi orang lain.

Filsafat jawa mengenai gotong royongpun disinggungya, meskipun leluhur beliau bukan orang Jawa. "Hidup ini kebersamaan; tegas beliau. Dari begitu banyak aliran filsafat, saya juga belajar filsafat Jawa. Dimana disebutkan tadi seseorang harus mengenal dirinya sendiri. Saya pun menjawab pertanyaan beliau, menurut pandangan saya selaku orang jawa, hidup itu harus priatin (ulet, tekun, dsb). Beliau menjawab ya betul, namun itu hanya setengahnya saja.

Saya berpikir yang setengah lagi itu apa? Setelah teman-teman juga tidak bisa menjawab pertanyaan itu beliau pun menjawab setengahanya, menurutnya "hidup itu harus berjuang, baginya hidup adalah perjuangan- perjuangan itu sendiri". Dari jawaban beliau saya teringat filsafat Tiongkok yang memang "perubahan adalah suatu hal yang mutlak untuk diperjuangkan bagi manusia". Hidup adalah perubahan-perubahan itu.

Saya bisa menyimpulkan bahwa hidup ini memang harus prihatin dan berjuang untuk menjadi lebih baik dan juga cerdas dalam memandang masa depan. Perpaduan filsafat Tiongkok, Jawa dan Tradisi Zen Korea dan Jepang, dilengkapi rasionalitas dari filsafat barat yang saya temukan pada diskusi kemarin.

Pertanyaan terakhir dari saya mengenai karkter apa saja yang harus dipunyai seorang wirausaha, beliaupun belum bisa menjawabnya. "Beliau masih mencari karakter itu, beliau hanya mengatakan entah mengapa usahanya selalu mendapatkan kemudahan". Saya menjabarkan ini sebagai kekuatan intuisi dan bakat dari seseorang.

Sebagai penutup beliau mengatakan "sesepuh itu tidak mengajarkan ilmu, sesepuh hanya bisa mengajarkan filsafat hidup". Ternyata dugaan saya benar, disikusi ini memadukan antara filsafat dan ilmu pengetahuan.

Menurut analisa saya berwirausaha merupakan sebuah bakat yang harus dikembangkan. Inilah tesis yang saya temukan.

Ilmu tanpa bakat adalah sesuatu yang berkontradiksi. Tanpa bakat yang didasari ilmu semua akan sia-sia. Maka kenalilah dirimu sendiri. Jika ingin berwirausaha, Jadilah pribadi sebagai pengusaha yang tercerahkan dan berkesadaran. Dengan itu, tidak hanya sebagai orang yang bermanfaat bagi orang lain, tapi membantu juga kehidupan orang lain untuk mensejahterakan kehidupan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun