ilustrasi diambil dari cosmologyexegesis.com/ Paradoks diri memandang Mimpi
"ia juga dapat membuat kita berputus asa, maka saat itu, sadari bahwa mimpi serta keputusasaan berjalan bersama seperti pesimisme dan optimisme dalam diri kita"
Ketika tersadar, Saya selalu mempertanyakan pada diri saya sendiri, mengapa adakalanya energi dari hati nurani mau tidak mau harus digerakan? Saya bahkan tidak bisa berpikir, sesuatu apa yang bisa saya tawarkan demi menarik nurani untuk mengisi nurani? Semua serba membingungkan, menggema dari kejauhan.
Terserah tentang apa yang mereka bilang, memang benar mempermainkan perasaan sangatlah menggalaukan. Tetapi saya mempunyai pandangan tersediri bahwa tidak semua yang bermain dengan perasaan diri sendiri itu buruk. Justru dengan bermain dengan perasaan diri sendiri, saya lebih mudah mengenali siapa diri saya.
"Didalam rasa itu sejatinya ada ingsun, ia tanpa wujud, tanpa warna, tanpa bau, suci, manunggal dalam diri, cipta, karsa dan rasa".Â
Keberuntungan bukanlah sesuatu yang kebetulan melainkan konstruksi melalui reflektifitas diri untuk memungkinkan menjadi beruntung. Keberuntungan sangat mudah untuk diamati karna hanya mereka yang beruntung itu sepenuhnya dari buah setiap usahanya sendiri.
Jika kau sedang mencari keberuntungan carilah di dalam dirimu sendiri, sebab dia berdiam disana. Realitanya seperti ini, wanita yang mandiri kepribadianya vibrasi energinya tidak akan cocok dengan pria yang suka menipu. Tetapi wanita yang berhias untuk membohongi penampilanya akan cocok dengan pria penipu. Kurang lebihnya seperti itulah mekanisme keberuntungan, karna keberuntungan adalah kesesuaian diri. Keberuntungan tidak akan bisa membohongi, diri-lah yang menciptakannya.
Semua orang berhak bermimpi tetapi tidak semua orang mempunyai fasilitator untuk membuat suatu mimpi seseorang menjadi ada dan nyata. Saya terlahir bukan seperti orang yang se-beruntung itu. Meski menjadi seseorang yang pesimistis lebih mudah, saya tetap bermimpi melawan sikap pesimisme yang setiap Manusia punya. Paradok dan kotradikif itulah jalan hidup manusia.
Saya mempunyai perspektif tersendiri tentang mimpi yang tidak harus saya capai. Menurut asumsi saya, impian yang sublime yaitu bermimpi mewujudakan setiap langkah ke depan menjadi lebih baik. Mimpi inilah yang akan terus saya perjuangkan, karena untuk menjadi apapun dalam kehidupan ini bukan hanya  butuh kemauan keras tetapi juga butuh modal yang harus disediakan. Mimpi menjadi lebih baik adalah mimpi yang realistis, juga paling mungkin untuk semua manusia capai.Â
Sebagai manusia memang kita dituntut untuk berilmu. Pengalaman- pengalaman yang telah manusia lalui adalah jembatan ilmu yang pasti. Dalam sebuah peradaban pasti ada yang ditinggalkan, entah itu berbentuk prasasti atau bentuk-bentuk yang lain. Mengapa demikian? Apa maksud dari semua itu? Saya banyak mendapat referensi akan jawaban tersebut. Bahwa setiap apa yang telah dicapai tidak lebih untuk pembelajaran hidup berikutnya.