Dengan bentuk tubuh yang kurus Kambing-Kambing itu tetap melanjutkan hidup. Bahkan mereka masih terlihat sehat dan segar. Mungkin itulah bentuk makhluk semesta menyesuaikan keadaan. Lingkungan kumuh, jarangnya tersedia Rerumputan sebagai bahan makanan. Memaksa mereka "Kambing" hidup dengan berbagai bahan penyambung hidup yang ada. Termasuk makanan sisa dalam tempat sampah yang banyak di temukan di setiap pekarangan rumah warga. Belum ketika banjir Rob dari Laut, air asin-pun harus dijadikan minuman utama para kumpulan Kambing tersebut.
Tentu jika kehidupan Manusia terjadi perubahan mendasar seperti apa yang dialami kumpulan Kambing di pesisir Pantai Utara Tanggerang akan sama keadaanya. Manusia-pun harus mampu beradaptasi dengan perubahan itu.Â
Dari dalam kehidupan semesta Manusia, terus berkembangnya teknologi, berkurangnya lahan untuk industri dan ledakan angka kelahiran Manusia yang terus melonjak jumlahnya tentu mengundang perubahan.
Kita tahu bahwa tidak sedikit orang yang mengutuk perubahan. Tetapi bagi Saya perubahan sendiri tidak bisa dihindari. Tentu saya berpendapat bahwa orang yang mengutuk perubahan hanya orang yang tidak mampu mengikuti perubahan itu.
"Dalam hal ini, perubahan bersifat mutlak, mau tidak mau, suka tidak suka, ketika semesta mendukung untuk kehidupan berubah, kita selaku makhluk semseta harus mengikutinya."
Menurut saya perubahan pada kehidupan bisa dipikir secara rasional. Tetapi butuh semesta berpikir yang lebih dalam. Yang saya maksud lebih dalam disini berarti; berpikir dari dasar, untuk mencapai titik tengah menggali, akhirnya sampai permukaan dan mendapat suatu kesimpulan. Untuk mensiasati perubahan itu lebih tepat berpikir dengan gaya "intuisionisme".
Mengapa berpikir dengan pemahaman intuisi? Saya menilai hanya berpikir dengan intuisi yang mampu menjebol hal transedental. Intuitif menurut defenisi saya adalah pemikiran dari dasar batin yang ter-refleksi dari upaya berpikir Manusia menganalisa realitas kehidupannya sendiri. Inilah mengapa untuk menganalisa Teroi Darwin jika menggunakan rasional Manusia saat ini tidak akan sampai.
Tetapi berbeda dengan ketika kita mengunakan intuisi dalam menganalisa Terori Darwin. Tentu perubahan wujud yang dialami Manusia sangat masuk akal yang lebih dalam. Adanya perubahan cara hidup, bertahan hidup, dan upaya mencari teknologi untuk memudahkan hidup itu sendiri menjadi dasar. Kita dapat memahami bagaimana Manusia hakekatnya dulu sebagai pemangsa hewan lalu mengubah cara mempertahankan hidupnya dengan cara bertani. Bukankah menjadi masuk akal mempengaruhi bentuk tubuh karna adanya upaya seleksi alam?
Bicara "intuisionisme" akan lebih mudah jika kita berkenalan dan menelaah gagasan filsuf beraliran intuisionisme. Memang ada banyak filsuf yang beraliran intuisionisme ini. Tetapi bagi saya gagasan Henri Bergson yang mempunyai korelasi kuat dengan masyarakat teknologi.
Henri Bergson (1859-1941) lahir di Paris, Prancis, putra seorang musisi Yahudi dan seorang wanita Inggris, dididik di Lyce Condorcet dan Cole Normale Suprieure, tempat ia belajar filsafat. Latar belakang Bergson menjelaskan, filsafatnya sendiri sebagian besar merupakan reaksi terhadap sistem rasionalis mereka.